Jakarta, Wartapembaruan.co.id -- Ribuan mahasiswa Universitas Abulyatama, Aceh Besar, bersama warga sekitar, menggelar aksi damai pada Kamis (17/4), menyusul kerusuhan yang terjadi di lingkungan kampus. Insiden ini diduga dipicu oleh tindakan dua pihak internal kampus berinisial N dan RM yang disebut-sebut memerintahkan masuknya sekelompok orang tak dikenal, mengenakan seragam bertuliskan “Satgas”.
Menurut Rektor Universitas Abulyatama Aceh, Agung Efriyo Hadi, kelompok tersebut masuk secara paksa ke areal kampus pada Senin dini hari (14/4) sekitar pukul 02.00 WIB. Mereka dikabarkan langsung menyerang salah satu petugas keamanan, mengusir seluruh satpam dan karyawan, serta merusak sejumlah fasilitas kampus, termasuk memotong kabel CCTV.
“Kehadiran kelompok ini juga melarang mahasiswa memasuki kampus. Ini tentu memicu kemarahan karena hak mahasiswa untuk kuliah telah dilanggar,” ujar Agung.
Menanggapi kejadian tersebut, mahasiswa menyuarakan protes dan menuntut agar kelompok berseragam itu segera angkat kaki dari kampus. Namun tuntutan itu diduga tidak diindahkan oleh N dan RM.
Keresahan kemudian merembet ke masyarakat sekitar. Gabungan mahasiswa, warga Mukim Ateuk, Kecamatan Kuta Baro, serta sejumlah dosen dan karyawan kampus melakukan konsolidasi dan melaporkan rencana aksi damai kepada pihak kepolisian.
Aksi damai dimulai pada Kamis pagi pukul 09.00 WIB. Namun massa dihadang oleh kelompok berseragam yang mengunci gerbang kampus dan melarang mereka masuk. Bahkan, menurut saksi mata, kelompok tersebut memprovokasi dengan melempar batu dan menyiapkan kayu sebagai alat bentrokan.
“Massa yang awalnya damai, terpaksa mendobrak gerbang setelah diprovokasi, lalu mereka diserang oleh kelompok berseragam dengan batu dan kayu,” ujar salah satu saksi, Iqbal.
Sementara itu, terkait meninggalnya seorang pria bernama Wahidin (50) yang diduga bagian dari kelompok “Satgas”, Kapolresta Banda Aceh Kombes Pol Joko Heri Purwono melalui Kasat Reskrim Kompol Fadillah Aditya Pratama menegaskan tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan.
“Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, tidak ada indikasi kekerasan atau bekas pukulan benda tumpul,” jelas Kompol Fadillah. Ia juga menambahkan bahwa pihak keluarga Wahidin menolak dilakukan visum.
Hingga Kamis sore, situasi di kampus Universitas Abulyatama telah dinyatakan kondusif dan aktivitas perkuliahan kembali normal.