Surabaya, Wartapembaruan.co.id — Tim Religi Sirnah Gali melakukan napak tilas ke salah satu situs sejarah penting di Surabaya, yaitu makam Mbah Sawunggaling, tokoh legendaris yang dikenal sebagai pembabat alas dan peletak dasar wilayah Surabaya, pada Rabu (23/4/2025).
Kegiatan yang berlangsung di kawasan Lidah Wetan, Kecamatan Lakarsantri, Surabaya, ini dihadiri oleh sejumlah anggota tim napak tilas, di antaranya Jatmiko Didik, Prasmono, Guruh Kartiko, Cak Samsul, Cak Mat, Nanang, serta rekan-rekan lainnya. Mereka diterima langsung oleh juru kunci makam dan diizinkan memasuki kompleks pemakaman.
Di dalam area makam, terlihat sejumlah pusara yang diyakini merupakan bagian dari kisah sejarah perjuangan Sawunggaling. Termasuk di antaranya makam Raden Ayu Pandansari, sahabat seperjuangan Sawunggaling saat membabat alas, makam Dewi Sangkrah (ibunda Sawunggaling), makam Mbah Buyut Suruh (pengasuh Dewi Sangkrah), dan makam Raden Karyo Sentono yang disebut-sebut masih memiliki garis keturunan dari Sunan Giri Gresik.
Jejak Sejarah Joko Berek alias Sawunggaling
Nama kecil Sawunggaling adalah Joko Berek, putra dari Dewi Sangkrah dan Adipati Surabaya, Jayengrana. Sejak kecil, Joko Berek tidak mengenal ayahnya karena Jayengrana harus menjalankan tugas sebagai pemimpin wilayah. Sebelum berpisah, Jayengrana telah memberi pesan kepada Dewi Sangkrah untuk memberi nama "Joko Berek" jika kelak anak mereka lahir sebagai laki-laki.
Ketika dewasa, Joko Berek mencari jati dirinya dan menemui ayahnya sambil membawa ayam kesayangan serta "Cinde Puspita", sebuah tanda pemberian sang Adipati kepada ibunya. Ia kemudian diuji dalam sayembara memanah oleh Jayengrana yang hendak memilih penerus tahta. Secara diam-diam, Joko Berek ikut serta dan berhasil menancapkan anak panah tepat pada sasaran.
Setelah identitasnya terungkap, Joko Berek diakui sebagai putra sah Jayengrana dan diangkat menjadi penerus dengan gelar Radenmas Ngabhi Sawunggaling Kulmosostro Negoro.
Dalam perjalanannya memimpin dan memperluas wilayah kekuasaan, Sawunggaling sempat dihadang oleh Raden Ayu Pandansari, penguasa hutan kala itu. Namun dengan keberanian, kesaktian, serta doa dari ibunya, ia berhasil mengalahkan Pandansari dan memperkuat posisinya sebagai pemimpin Surabaya.
Warisan Sejarah yang Perlu Dijaga
Napak tilas ini menjadi pengingat penting bagi generasi muda akan jejak-jejak kepahlawanan lokal yang terlupakan. Tim Sirnah Gali berharap keberadaan makam dan cerita perjuangan Sawunggaling dapat menjadi bagian dari edukasi sejarah lokal, sekaligus memperkuat identitas budaya Surabaya.