Surabaya, Wartapembaruan.co.id — Tim Napak Tilas Religi Sirnah Gali kembali melakukan perjalanan spiritual, kali ini menyusuri jejak sejarah Islam di kawasan Penggirian, Surabaya, pada Jum'at (18/4). Tujuan utama tim adalah berziarah ke makam Sunan Boto Putih atau yang juga dikenal sebagai Kiai Ageng Brondong, yang berada di area pemakaman Suntono, Jalan Penggirian
Memasuki area makam, tim disambut sebuah gapura besar yang bergaya arsitektur keraton. Kesan megah ini seolah menjadi saksi bisu bahwa tempat tersebut dahulu merupakan kawasan yang pernah berjaya dan dihuni para bangsawan serta pedagang.
Sunan Boto Putih dikenal sebagai seorang tokoh penyebar Islam di tanah Jawa pada abad ke-15. Dalam berbagai cerita tutur, beliau merupakan putra Pangeran Kedawung dari Kerajaan Blambangan. Konon, beliau meninggalkan kerajaan dan memilih melaut untuk mencari jalan spiritual. Setelah beberapa waktu, beliau ditemukan terdampar di laut Jawa dan diselamatkan oleh Kiai Kendil Wesi, seorang tokoh ulama terkemuka saat itu.
Melihat potensi luar biasa dalam diri Sunan Boto Putih, Kiai Kendil Wesi kemudian mengutusnya untuk menyebarkan Islam di wilayah Ampel, tepatnya di daerah Penggirian yang saat ini menjadi salah satu pusat sejarah Islam di Surabaya. Sejak itulah, beliau dikenal dengan sebutan Sunan Boto Putih.
Di kompleks makam ini juga terdapat pusara tokoh penting lainnya, yakni Maulana Muhammad Syaifudin, Sultan Banten ke-XVII, yang wafat pada 3 Rajab 1318 H.
Setelah berziarah, tim Napak Tilas Religi Sirnah Gali melakukan doa bersama dan bertawasul kepada Allah SWT. Harapannya, makam ini tidak hanya menjadi tempat bersejarah tetapi juga menjadi sumber berkah, sekaligus tetap terjaga kebersihan dan kelestariannya untuk generasi mendatang.
Perjalanan napak tilas ini menjadi pengingat akan jejak para tokoh penyebar Islam yang telah mewarnai sejarah Nusantara dengan dakwah dan keteladanan mereka.