Ketua Ikatan Pengusaha Kenshuusei Indonesia (IKAPEKSI) Pranyoto Widodo. (Foto: Ist)
Jakarta, Wartapembaruan.co.id - Ketua Umum Ikatan Pengusaha Kenshuusei Indonesia (IKAPEKSI) Pranyoto Widodo, mengungkapkan, saat ini, Jepang masih membutuhkan 150 ribu tenaga kerja siap bekerja atau magang di Jepang.
Program yang telah dijalankan dengan menyediakan pendidikan dan pelatihan sesuai kebutuhan dunia kerja internasional, termasuk di Jepang
"Dengan pelatihan yang matang dan dukungan penuh dari berbagai pihak, peluang pekerja Indonesia untuk berkarier di Jepang semakin terbuka lebar," ungkap Pranyoto, di Jakarta, Senin (21/4/2025).
Menurut Pranyoto, negara Jepang masih kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya di sektor manufaktur seperti pengecoran logam hingga sektor otomotif dan sektor kontruksi di Jepang juga membutuhkan tenaga kerja dengan jumlah besar.
"Kami hadir untuk mendukung tenaga kerja di Indonesia yang saat ini masih kesulitan dalam mendapatkan kesempatan bekerja. Saat ini, Jepang membuka kesempatan bagi 150 ribu tenaga kerja untuk berkarir disana," ujar Pranyoto.
Lebih lanjut, calon tenaga kerja yang baru lulus harus mengikuti pelatihan untuk mendapatkan sertifikasi bahasa Jepang.
Pranyoto menuturkan, sertifikat JLPT N4 Bahasa Jepang adalah bukti resmi yang menunjukkan bahwa pemegangnya telah mencapai level kemampuan bahasa dasar, termasuk pemahaman kosakata, tata bahasa, pemahaman bacaan, dan pemahaman percakapan.
"Pengusaha di Jepang sangat menyukai tenaga kerja yang berasal dari Indonesia, peluangnya masih sangat besar," tutur Pranyoto.
Pranyoto menambahkan, dengan adanya program magang ke Jepang, satu anak yang magang ke Jepang otomatis akan mengurangi tiga orang yang menganggur.
"Pertama, anak itu sendiri, kedua Bapak atau Ibunya yang tidak memiliki usaha. Pasti anaknya akan membuatkan usaha bagi orang tuanya dari penghasilan bekerja di Jepang seperti membuka toko kelontong hingga membeli sawah atau kebun," imbuhnya.
Selain itu, lanjutnya, tenaga kerja yang telah magang selama 3 tahun, bisa kembali bekerja di Jepang dengan penghasilan yang lebih besar. Pranyoto menjelaskan, kultur di Indonesia masih kembali ke rumah, ada yang membuka usaha di sektor manufaktur di wilayah Bekasi dan Cikarang.
"Jika kembali bekerja ke Jepang, akan mendapatkan penghasilan mulai dari Rp 12 juta yang bekerja di sektor pertanian, tergantung upah di wilayahnya," kata Pranyoto.
IKAPEKSI berharap, dengan dukungan berkelanjutan dari pemerintah dan sektor swasta, program ini dapat menjadi solusi nyata bagi pengurangan pengangguran dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui jalur kerja internasional.
Sementara itu, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menyoroti pentingnya bagi para pemangku pihak terkait untuk mempersiapkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) Indonesia agar bisa berdaya saing di dunia industri dalam dan luar negeri.
"Pentingnya kompetensi ini menjadi concern. (SDM Indonesia) Harus dilatih, disiapkan. Misalnya sebelum melakukan magang ke Jepang, dipersiapkan dengan sistem operasional dan produksi yang sudah mapan. Kompetensi itu penting dan harus disiapkan,” ucap Yassierli.
Ia menambahkan, kompetensi menjadi penting menyusul kondisi global saat ini yang penuh dengan dinamika dan berdampak ke ketenagakerjaan.
Menurut dia, isu terkait penyediaan lapangan pekerjaan memang menjadi sesuatu yang serius dan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) pun merupakan sebuah hal yang tidak dapat dielak. “Ini tidak bisa kita tutupi, dan ini juga terjadi di semua negara, bahkan di negara-negara maju pun, isu terkait penciptaan lapangan kerja dan risiko PHK juga ada. Ini harus jadi concern kita semua,” ujarnya.
Untuk itu, Yassierli menilai, kunci dari upaya tersebut memerlukan sinergi antara para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan lembaga seperti IKAPEKSI.
“Perlu adanya mentalitas untuk bisa bersinergi dengan yang lain. Lingkup usaha itu luas, besar, bangsa ini punya potensi yang besar dan kita yakin bahwa banyak hal yang bisa dilakukan,” pungkas Yassierli. (Azwar)