Berdasarkan informasi jika kelangkaan gas elpiji 3 kg tersebut disebabkan banyaknya bermunculan oknum pedagang pengecer gas subsidi pemerintah tersebut di sejumlah toko atau warung- warung kecil, Senin (07/4/2025).
Meningkatnya kebutuhan terhadap penggunaan gas elpiji 3 kg itu juga menjadi pemicu para oknum pemilik usaha toko dan warung kelontong untuk turut serta meraup keuntungan dari hasil penjualan gas elpiji 3 kg tersebut.
Modus yang diketahui jika para pedagang kelontongan tersebut, diduga berhubungan langsung dengan pemilik pangkalan gas elpiji 3 kg untuk mendapatkan gas.
Diduga tergiur dengan yang cukup tinggi yang melebihi Harga Eceran Tertinggi ( HET), ditambah dengan pembelian dengan jumlah banyak. Para oknum pemilik pangkalan lebih memilih menjual gas-gas tersebut ke para oknum pedagang tersebut.
Sehingga dilapangan, disejumlah warung yang turut menjual gas elpiji 3 kg tersebut, menjual kembali gas yang diperolehnya dari pangakalan nakal tersebut dengan harga yang berkisaran cukup tinggi. Bisa mencapai 40 hingga 50 ribu rupiah.
Hasil penelitian yang berdasarkan modus keterangan para pemilik pangkalan gas elpiji 3 kg tersebut. Saat datang gas yang mencapai 200 hingga 300 buah yang diantar oleh agen gas, menyulitkan pihak pangkalan untuk menghabiskan semua gas tersebut jikalau masyarakat yang terdaftar belum habis pemakainya dirumah masing-masing.
Sehingga untuk melancarkan perputaran penjualan gas elpiji 3 kg tersebut. Pihak pangkalan lebih memilih menjual kepada pemilik warung yang disulap menjadi pengencer dadakan.
Sehingga ketika masyarakat yang habis pemakainya di rumah masing-masing hendak membeli gas, gas-gas tersebut sudah terjual semua yang selanjutnya masyarakat turut terpaksa membeli gas di para pengencer pada warung-warung meski dengan harga mahal. (Tim)
