Jakarta, Wartapembaruan.co.id - Pemerintah Indonesia melalui Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita bertemu Vice Chairman Japan Chamber of Commerce and Industry (JCCI) Takashi Ueno, atau Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jepang di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Kamis (23/1/2025).
Kepada Menperin, JCCI mengungkapkan permasalahan kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) akibat menurunnya populasi di Jepang. Kendala kekurangan tenaga kerja di Jepang sangat berpengaruh bagi sektor manufaktur.
"Oleh karena itu, Jepang mengharapkan kontribusi Indonesia, mengingat Indonesia memiliki penduduk cukup banyak. Kami akan memfasilitasi kerja sama di bidang industri dan manufaktur bagi kedua negara ini," kata Vice Chairman JCCI Takashi Ueno pada pertemuan tersebut.
Merespons delegasi JCCI Jepang, Kemenperin menyambut baik rencana kerja sama SDM Indonesia dan Jepang untuk menyelesaikan permasalahan kekurangan tenaga kerja di Jepang.
Karenanya, Kemenperin berkomitmen untuk membantu Jepang, khususnya dalam sektor industri manufaktur.
"Kemenperin juga telah memiliki kerja sama dengan Hiroshima University yang berfokus pada training dari siswa Indonesia agar menjadi high-skilled labour ke depannya. Kami mengharapkan dukungan dan bantuan dari Jepang untuk memperluas kerja sama di institusi pendidikan yang ada di Jepang," ucap Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita.
Pada kesempatan itu, Agus mengatakan Indonesia dan Jepang bisa saling memberikan kontribusi positif.
Pemerintah Indonesia percaya Jepang mendukung Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraannya, sehingga mampu meningkatkan kerja sama bisnis dan dagang di Indonesia. Adapun Jepang menduduki peringkat keempat negara yang berinvestasi di Indonesia, dengan nilai USD45,6 miliar.
"Indonesia ingin Jepang lebih agresif lagi dalam melakukan bisnisnya di sini," kata Agus.
Agus juga meminta kepada delegasi JCCI untuk menyampaikan saran maupun kendala yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan Jepang.
Dalam sektor industri kereta api, Agus meminta bantuan pengembangan ekosistem kereta api berpenumpang kepada Jepang, mengingat perusahaan kereta api Jepang telah memproduksi lebih dari 800 gerbong kereta sejak 2013, memproduksi kereta hybrid, dan sedang mengupayakan transportasi Transit Oriented Development (TOD) yang dapat mengurangi kemacetan lalu lintas serta berkontribusi terhadap lingkungan.
Dalam pertemuan tersebut, Agus juga menyampaikan apresiasi kepada Jepang atas kontribusinya dalam industrialisasi yang ada di Indonesia, khususnya dalam sektor otomotif. Seperti pada 1960-1970, industrialisasi Indonesia banyak diisi oleh perusahaan Jepang yang bergerak di sektor otomotif.
“Kemenperin terus memonitor perusahaan otomotif Jepang di Indonesia terkait ekspornya kepada negara-negara di dunia. Meluasnya pasar otomotif hybrid hingga hari ini tidak terlepas dari kontribusi perusahaan Jepang yang banyak mengisi pasar otomotif di Indonesia. Untuk menjaga perkembangannya, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan insentif untuk kendaraan hybrid,” pungkas Agus. (Azwar)