Iklan

"Sentimen anti Cina”! Ini Caranya mengubah Benci menjadi Jembatan penting Indonesia-Taiwan

warta pembaruan
26 Agustus 2024 | 2:23 PM WIB Last Updated 2024-08-26T07:23:43Z


Taipei, Wartapembaruan.o.id
- Koordinator senior Radio Taiwan International (Rti) yang berasal dari Indonesia, Tony Thamsir menyerukan pentingnya memahami dan menjaga nilai-nilai demokrasi, inklusivitas, dan hidup berdampingan secara damai di kawasan Asia-Pasifik, serta mengubah rasa benci menjadi cinta demi menciptakan dunia yang indah.

Tony, Koordinator Senior Departemen Bahasa Asing Rti, diundang untuk menyampaikan pidato dalam sebuah panel di hari Kamis (22/8/2024) pada konferensi internasional Asia Center ke-9, "Shrinking

Civic Space in Asia-Stories of Resistance and Pushback" di Bangkok, Thailand.

Tony dalam pidatonya menceritakan bahwa sebagai seorang keturunan Tionghoa-Indonesia yang

hidup miskin di bawah rezim Soeharto, ia bertemu berbagai tantangan yang signifikan, termasuk diskriminasi dan intimidasi terkait rasnya.

Hal tersebut menumbuhkan keinginannya untuk pindah dari tanah kelahirannya itu, hingga ia tiba di Taiwan pada 1994 dan melanjutkan studi S1 dalam Ilmu Politik di Universitas Nasional Chengchi, lanjut Tony.

Setelah lulus, kata Tony, ia bekerja di Pemerintah Kota Taipei dan ditugasi menjadi konsultan bagi pekerja migran Indonesia, yang sempat ia tolak karena terbesit ingatannya akan perlakuan yang harus ia hadapi selama berada di Indonesia, ditambah kerusuhan 1998 yang menimpa keluarganya.

Ia berubah pikiran setelah mendapat pesan dari atasannya, yang memintanya melepaskan semua bentuk perasaan benci dan menghadapi langsung semua hal yang ia tidak sukai, kata Tony yang berdarah Hakka, Aceh, dan Kanton.

Setelah itu, kata Tony, ia pun menerima tugasnya untuk memberikan konsultasi bagi para pekerja migran Indonesia, hingga membantu menangani berbagai permasalahan mereka termasuk kesalahpahaman, pelecehan, kecelakaan kerja, tindakan kekerasan, sampai mereka yang meninggal.

Semua ini mengubah perasaan tidak sukanya menjadi empati, kata Tony, menambahkan bahwa ia merasa apa yang dihadapi para pekerja migran Indonesia di Taiwan serupa dengan apa yang dahulu ia hadapi ketika baru sampai di negara tersebut.

Tony mengungkapkan bahwa setelah itu ia berlabuh menjadi penyiar Indonesia di Rti, hingga kini menjabat sebagai Koordinator Senior Departemen Bahasa Asing di media tersebut.

Tony mengatakan misinya adalah untuk selalu mengintegrasikan imigran baru ke dalam masyarakat Taiwan melalui penyiaran multibahasa, menambahkan bahwa ia percaya komunikasi adalah kunci untuk menumbuhkan pemahaman dan penerimaan.

Melalui pekerjaannya, kata Tony, ia membantu para pendatang baru, termasuk pelajar, pekerja

migran, imigran baru, hingga profesional untuk menavigasi lingkungan baru mereka dengan program yang berbeda dalam acara di radio, termasuk pelajaran bahasa dan perkenalan budaya.

Tony pun mengungkapkan ia sempat diundang berbagi pengalamannya di panggung TEDxTALK, dimana ia tidak hanya membantu imigran secara individu saja, tetapi juga memfasilitasi budaya yang lebih luas dalam berintegrasi dengan masyarakat Taiwan.

Tony menyampaikan, latar belakang etnis campurannya telah membentuk pemahamannya akan identitas dan kepemilikan, hingga membuatnya memahami apa arti nasionalisme.

Ini akhirnya membuat ia dapat menghargai kedua akar dalam hidupnya, Indonesia dan kehidupannya di Taiwan, ujar Tony yang lahir di Medan, Sumatera Utara.

Ia pun menyampaikan harapannya agar semua hadirin dalam konferensi internasional tersebut dapat berkontribusi untuk memperkuat suara mereka yang kurang terwakili dan mempromosikan pemahaman serta solidaritas.

Hal ini merupakan tugas semua dari mereka, dan penting untuk dilanjutkan demi mencapai visi misi dalam mengadvokasi kebebasan berekspresi hingga dapat menciptakan lingkungan yang damai di kawasan Asia-Pasifik, ujar Tony.

Tony juga menggarisbawahi perlunya memahami dan menjaga nilai-nilai demokrasi, inklusivitas, dan hidup berdampingan secara damai di kawasan Asia-Pasifik.

“Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh,” kata Tony, menambahkan bahwa dengan bersama, mereka dapat menciptakan kehidupan sosial masyarakat di mana “Setiap suara itu penting, dan setiap cerita akan memperkaya narasi kita bersama.”

“Ubah rasa benci menjadi cinta dan kasih sayang, itulah yang saya lakukan dan membuktikan bahwa komunikasi membuat rasa benci menjadi kasih sayang, dan dunia akan indah pada akhirnya,” ujar Tony menutup pidatonya.

Dikutip dari laman Asia Center, "Shrinking Civic Space in Asia: Stories of Resistance and Pushback"

adalah tajuk konferensi internasional tahunan ke-9 yang diadakan Asia Center di Bangkok, Thailand

pada 21 sampai 23 Agustus 2024. Konferensi ini membahas kisah-kisah perlawanan dalam upaya

mempertahankan ruang sipil di Asia.


Penulis: Med-Taiwan

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • "Sentimen anti Cina”! Ini Caranya mengubah Benci menjadi Jembatan penting Indonesia-Taiwan

Trending Now

Iklan