Rohul, Riau, Wartapembaruan.co.id -- Jika suatu daerah ingin maju, warga haruslah rukun, damai, toleransi satu sama lain, jika ada gotong royong tak ada warga yang ngumpet, dan lain sebagainya.
Keinginan ini sudah lama terpendam di lubuk hati Anton ST MM. Ia sangat prihatin suatu daerah sering terjadi pertikaian antar warga hanya karena salah paham.
Setelah itu warga yang berpapasan saling ‘buang muka’ dengan wajah cemberut. Diundang menghadiri pesta pernikahan malah mencibir. Anton menyadari bahwa daerah Rokan Hulu ini terdiri dari multi etnis. Kalaupun ada sesekali itu biasalah namanya manusia. Takutnya hal seperti ini bisa melebar ke sana-sini jika tak tak dicari solusinya.
Makanya Anton tertarik dengan masyarakat di sembilan desa yang terdapat di Kecamatan Pematang Jaya, Kabupaten Langkat Sumut yang dikenal sebagai ‘Kampung Guyub’.
Ukuran terciptanya ‘Kampung Guyub’ ini bukan harus orang kaya seluruh warganya.
Tetapi tergantung niat yang tulus dari masyarakat disertai pentingnya nilai gotong royong, toleransi, dan sebagainya.
Jika sikap ini disepakati oleh seluruh warga, maka karakter untuk hidup tolong-menolong sesama warga akan mudah terwujud.
Simaklah suasana tenteramnya di kecamatan tersebut.
Kondisi bangunan biasa saja layaknya orang tinggal di kampung. Di kecamatan yang berlokasi di ujung Sumatera Utara ini (berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tamiang) ini bahkan terdapat 1.000 rumah yang tak layak huni.
Namun warga yang umumnya nelayan dan petani berpenghasilan pas-pasan ini bisa merasakan hidup bahagia, tenteram, guyub saling tolong menolong, toleransi, dan lainnya.
Dan sikap solidaritas sesama warga kampung ini semakin melesat seiring dengan adanya lembaga bersifat sosial yang dikoordinir oleh pihak Kecamatan Pematang Jaya.
Gagasan ini lahir dari rasa kerinduan Ansari salah seorang ASN di Kantor kecamatan tersebut.
Batinnya bergejolak bahwa sikap guyub yang ada selama ini perlu ditingkatkan lagi mengingat banyak warga yang masih membutuhkan pertolongan untuk bisa hidup lebih nyaman. Misalnya bedah rumah, kebutuhan dasar anak sekolah, terebih lagi saat tertimpa musibah.
Gagasan ini kemudian disampaikan Ansari kepada Camat. Gayung bersambut, ide ini kemudian dibahas dalam musyawarah antar desa ( MAD) setahun yang lalu.
Yang hadir bukan cuma pihak kecamatan, seluruh kades dan perangkatnya, warga desa yang mampu, para guru di sekolah SD, Pengusaha perkebunan sawit, bahkan Babinsa & babinkamtibmas.
Dalam musyawarah itu semua setuju bahwa mereka akan menyisihkan infaq setiap triwulan ( 3 bulan) sekali 100.000 perorang.
Ansari sangat terharu melihat sikap rendah hatinya para dermawan di desa yang ada dikecamatan Pematang Jaya. Pihak Polsek dan Koramil juga turut mendukung kegiatan ini.
Dan lebih membuat hati Ansari terharu, warga non muslim yang ASN turut pula menyisihkan sebagian rezekinya dalam kegiatan ini.
“Uang infaq itu kami prioritaskan buat bedah rumah masyarakat yang tidak layak huni, tapi ada juga kegiatan sosial lainnya yang kami lakukan yaitu dengan memberikan bantuan seragam sekolah SD bagi keluarga miskin,” kata Ansari.
Meski baru terbentuk setahun lalu, kini sudah 4 rumah warga yang tak layak huni yang diperbaiki dengan nilai masing-masing Rp 30 juta per rumah.
Target rumah yang akan dibedah sebanyak 1.000 rumah sesuai data yang disampaikan masing-masing kades. Sementara kegiatan bedah rumah 4 unit setiap tahun.
Dampak dari adanya kegiatan ini membuat rasa peduli sosial dan toleransi sesama warga semakin tinggi. Sifat gotong royong (sambatan kata orang sana) kini semakin menguat.
Contohnya saat rumah Bambang Andi Juanda (31) yang musnah terbakar beberapa waktu lalu, kini sudah berdiri lagi pada September 2023, atas bantuan zakat dan infaq warga di kampung guyub ini.
Menurut Ansari, dana yang terkumpul seniai Rp 15 juta, sedangkan nilai rumah yang akan dibangun berbiaya Rp 30 juta.
Namun Ansari dan warga di sana sepakat agar zakat itu dimukayatkan ke Baznas Langkat. Selanjutnya Baznas Langkat menambah kekurangannya sebesar Rp 15 juta, hingga biaya pembangunan terpenuhi.
Ramai warga bergotong royong saat peletakan batu pertama rumah tersebut. Dalam waktu 24 jam pembangunan selesai dan diserahkan kepada pemiliknya Bambang.
Mengetahui semakin menguatnya sikap solidaritas dan saling tolong menolong, suasana desa makin guyub, tenteram, damai, rukun, rupanya mengetuk hati Anton. Adem dan bahagia rasanya batin ini. Ia turut merasakan kebahagiaan warga di kampung guyub ini. Ia semakin dahaga agar suasana tersebut juga bisa terwujud di Kabupaten Rohul.
Makanya Anton jika kelak terpilih sebagai Bupati Rokan Hulu pada 2024 ini akan berupaya mendorong “Kampung Guyub’ ini bisa berkembang di Rokan Hulu. Banyak ‘emas dan permata’ yang terkandung dalam makna ‘Kampung Guyub’.
Karakter warga terbiasa untuk hidup toleransi seraya saling berbagi tanpa memandang, suku, agama, tetangga, dan lainnya. Dan ini akan menghasilkan terciptaya rasa aman, damai, tenteram dan ayem-nya tinggal di desa atau kelurahan.(Affan)