Jakarta, Wartapembaruan.co.id -- Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat tengah dilanda kemelut internal yang belum menemui titik terang, membiarkan nama besar PWI menjadi korban dalam prosesnya. Dikritik sebagai ketua yang tidak mampu, kepemimpinan saat ini gagal menyelesaikan konflik internal, menimbulkan dampak negatif pada citra PWI di mata masyarakat dan seluruh stakeholder terkait.
Polarisasi yang muncul tidak hanya terbatas di tingkat pusat, namun juga merembet ke PWI provinsi, bahkan mengakibatkan perpecahan di beberapa provinsi tersebut. Sebagai organisasi yang telah berdiri sejak 1946, keadaan ini membuat nama PWI terpuruk dan terancam kehilangan reputasinya.
Muncul pertanyaan mengenai siapa yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah ini sebelum nama PWI benar-benar hancur. Selain itu, hak PWI provinsi sebagai pemberi mandat juga menjadi perhatian, dengan ketidakpastian mengenai bagaimana mereka dapat berperan dalam penyelesaian konflik ini.
Situasi ini menimbulkan kekhawatiran atas masa depan PWI, apakah akan terus terjerumus dalam kemelut internal yang mengancam eksistensinya, ataukah akan ada langkah konkret untuk memulihkan nama besar organisasi ini. Diperlukan tindakan cepat dan tanggap dari semua pihak terkait untuk mengatasi masalah ini sebelum semakin membesar dan merugikan PWI secara keseluruhan.
