Penulis; Ch. H. Situmorang (Pemerhati Kebijakan Publik/Dosen FISIP UNAS)
Jakarta, Wartapembaruan.co.id - Pergerakan masyarakat memang tidak dapat diduga. Begitu gencarnya serangan sembako, dan politik uang, dan tekanan pihak yang sedang berkuasa ternyata semakin menebal juga lapisan masyarakat yang menggunakan akal sehat. Tidak banyak bicara. Mungkin sembako dan amplop mereka terima, tetapi rupanya pikiran dan akal sehat mereka tidak bisa dibeli jika tidak sesuai dengan hati nurani mereka.
Tontonan itu lah yang sekarang kita lihat diberbagai media cetak, elektronik, tiktok, youtube, instagram. Silih berganti berita yang mengangkat isu perubahan yang diusung Amin (Paslon 1), dan keberlanjutan yang dibawakan Paslon 2 yang pro status quo. Pola yang menggunakan kaca mata kuda Paslon 2, yang menjadikan Jokowi sebagai pahlawan dan panutan yang dipuji setinggi langit, menimbulkan kegeraman di hati msyarakat kecil dan menengah, dengan diam dan terkesan pasrah.
Presiden Jokowi, dan Paslon 2, terkecoh. Menjelang beberapa hari jelang Pemilu 14 Februari 2024, untuk menaikkan elektasbilitas, diproklamasikan Presiden Jokowi cawe-cawe ikut kampanye. Masyarakat miskin tidak terdidik, dan tinggal didesa juga ngerti bahwa ungkapan Presiden itu akan ingin memperjuangkan agar anaknya Gibran terpilih sebagai Wakil Presiden. Maka istilah dinasti politik pun sudah merupakan istilah yang menjadi pembicaraan hangat dan banyak dibicarakan. Muncullah istilah bocil, samsul, dan belimbing sayur.
Mungkin Jokowi tidak paham dan atau tidak ada yang menjelaskan, bahwa istilah-istilah itu menunjukkan ketidak sukaan masyarakat atas upaya Jokowi memaksakan anaknya Gibran yang belum cukup umur menjadi Cawapren, dengan cara meremukkan Mahkamah Konstitusi yang Ketuanya Anwar Usman ipar Jokowi dan paman Gibran. Sempurnalah nafsu kekuasaan dan dinasti politik.
Masyarakat yang diam itu, menunjukkan diri mereka dengan hadir ke JIS, ingin bertemu dengan Anis dan Muhaimin, calon Presiden dan Wakil Presiden mereka, dengan harapan berjuang terus untuk perubahan. Rezim ini sudah keterlaluan. Sudah tidak punya etika. Mereka muak, atas upaya Istana menghalalkan semua cara untuk mempertahankan kekuasan.
Pagi ini JIS menjadi lautan manusia. Kehadiran mereka melampui pendukung partai yang mengusung Amin. Mereka itu semua lapisan masyarakat. Kita lihat saja di media televisi, umumnya adalah generasi muda. Kelompok milenial, gen Z, yang selama ini diklaim sebagai segmen pemilih Paslon lainnya.
Para peserta kampanye itu sudah mulai berdatangan malam tadi. Dari berbagai wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jabar, Banten, Lampung dan beberapa kota lainnya dari seluruh Indonesia tanpai dibiayai. Bawa bekal sendiri, dan terlihat wajah mereka yang ceria, gembira, dan yakin Anis menang.
Masya Allah, lautan manusia di JIS simbol perlawanana damai masyarakat yang selama ini sudah jenuh dengan kemunafikan, kebohongan, kepalsuan, perilaku koruptif. Mereka tidak dimobilisasi. Hanya dibuka pendafatar dengan teknologi informasi untuk mengambil tiket masuk JIS. Ternyata ada 15 juta tiket yang diakses untuk ke JIS. Bayangkan kapasitas JIS hanya sekitar 90 ribu,. Diluar sekitar JIS manusia terus lalu lalang bergerak mencari tempat dengan tertib. Semuanya menenteng tas yang isinya makanan dan minuman.
JIS adalah stadium bertaraf Internasional yang dibangun Anis saat menjadi Gubernur. JIS mendapatkan pujian Internasional karena teknologinya yang luar biasa, modern. Tersedia atap yang bisa dibuka dan ditutupn. Dikerjakan oleh para insinyur putra Indonesia. para insinyur itu mampu membuat teknologi canggih, atap disiapkan dari bawah dan secara berlahan diangkat keatas. Tentu memerlukan presisi tinggi. Itu lambag modernitas Teknologi Indonesia sudah kita miliki.
Tapi, itulah kelakuan dan moralitas dan integritas Menteri BUMN, Menpora, Men.PUPR, mencoba menhapus jejak keberhasilan Anis, dengan berbagai cara membuka sisi kelemahan JIS secara tidak fair. Akhirnya masyarakat Jakarta paham, kelakuan para Menteri tersebut, dan Plt Gubernur DKI Jakarta, untuk menghapus jejak Anis di JIS. Mereka itu sebebarnya orang pintar, menjadi terkesan “bodoh” karena demi kepentingan kekuasan.
Pagi ini di JIS dan sekitarnya, teriakan perubahan berkumandang menginginkan Amin Paslon 1 menjadi Presiden dan Wakil Presiden, suatu realitas, dan jika ada lembaga survei memunculkan hasil survei yang bertolak belakang, berrti Lembaga Survei itu sedang sakit jiwa, yang seharusnya dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa. Sebab jiwa mereka sudah rusak dangan cuan yang diperolah dengan mengkotak katik hasil survei.
Sesudah kampanye penutup di JIS ini, maka Social Movement yang telah menemukan momentumnya di JIS hari ini, perlu dikawal dan diajak terus bergerak untuk mengawal Pemilu yang Jujur, Adil, terbuka. Kawal terus pembukaan kotak suara, penghitungan suara, pengirimkan suara ke kecamatan juga dikawal. Gunakan teknologi IT melalu HP dan eletronik lainnya.
Jika ada penyimpangan harus dituntaskan dilapangan, jangan dibiarkan ke level lebih atas. Karena bisa tidak jelas penyelesaiannya. Sebab pada level lebih atas, cengkraman kekuasaan semakin kuat dan menakutkan. Ingat 50% Bupati dan Walikota adalah Plt pemilik Istana. Aparat keamanan dan penegak hukum milik Instan. Dan...penghuni Istana tidak netral. Jelaskan situasinya.
Bagi Istana, harus mengkaji ulang kebijakan cawe-cawenya. Perintahkan agar semua penyelenggara negara, termasu TNI dan Polri, harus netral. Mereka berpegang teguh pada sumpah dan janji untuk menyelenggarakan negara dengan seadil-adilnya dan sejujurnya berdasarkan UUD, Undang-Undang dan peraturan perundang-undangan.
Jika Pemilu dilakukan dengan curang, banyak pihak sudah memberikan _early warning_ untuk terjadinya Chaos. Apakah Pemilu Presiden itu satu putaran atau dua putaran, yang penting jangan ada kecurangan. Mari kita ke TPS tanggal 14 Februari 2024. Jangan golput. Karena golput itu ciri warga Indonesia yang tidak perduli dengan nasib bangsanya. (Azwar)
Cibubur, 10 Februari 2024