Wartapembaruan.co.id, Belum rampung juga merenungkan tamsil yang dikatakan Sri Eko Sriyanto Galgendu, sebagai tetangga sebelah dari kampung Joko Widodo di Nusukan, Solo, tentang Rama Wijaya atau Dasamuka, saudaraku di Boyolali pun mengrimkan kisah "Petruk Jadi Ratu" seperti hendak menggambarkan kondisi dan situasi politik terkini di Indonesia yang terkesan semakin riuh dan gaduh mendekati Pemilu 2024.
Sedangkan Rachman dari Lampung Timur mempertanyakan relevansi dari ungkapan yang dimaksud "kacang lupa kulitnya" seperti yang hendak dikatakan Wartawan Senior Panda Nababan lewat podcast nya tentang Joko Widodo yang terkesan meninggalkan begitu saja PDIP. Demikian pula perilaku Gibran Rakabuming Raka selaku anggota dan kader PDIP bisa melenggang sendiri tanpa permisi terlebih dahulu untuk bergandengan dengan Prabowo Subianto sebagai kandidat Calon Presiden bersama Koalisi Indonesia Maju dengan sejumlah partai politik yang lain.
Lalu menyusul pula perilaku Airlangga Hartarto selaku Ketua Umum Partai Golkar yang dianggap tidak etis dan melanggar peraturan organisasi oleh pihak internal Partai Golkar, karena Airlangga Hartarto dianggap asyik main sendiri dengan ikut bergabung bersama KIM yang akan mendukung pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka yang telah mendapat legitimasi hukum dari Mahkamah Konstitusi yang dinyatakan sejumlah pakar cacat hukum dan yang dianggap melanggar konstitusi. Soal pelanggaran dan cacat hukum ini, kabar terkahir akan segera digugat oleh pakar hukum tata negara yang merasa telah ikut dilecehkan oleh keputusan MK yang memasang karpet merah untuk Gibran Rakabuming Raka untuk melenggang bersama calon Presiden Prabowo Subianto.
Sanepo Sri Eko Sriyanto Galgendu lewat podcast nya yang beredar luas sejak pekan ini (24 Oktober 2023) tentang sosok Presiden Joko Widodo semacam Dasamuka yang begitu ngotot mendorong putra sulungnya Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil Presiden, ternyata menurut Wali Spiritual Indonesia serta tokoh masyarakat Kejawen bukan Rama Wijaya, tetapi Dasamuka, tokoh dalam dunia pewayangan yang bermuka sepuluh. Padahal, untuk manusia biasa saja bermuka dua sudah lebih dari membingungkan. Lha, bagaimana jika ada manusia yang memiliki muka 10 ?
Agaknya, pendapat Sri Eko Sriyanto Galgendu sebagai orang yang relatif dekat dengan Joko Widodo jauh sebelum menjabat Walikota Solo, tidak banyak berbeda dengan kekecewaan yang diungkapkan juga oleh wartawan senior, Goenawan Moehammad.
Kesan yang diungkapkan oleh Imron dari Balikpapan yang mengisyaratkan adanya semacam pengkhianatan dan penelikungan hukum serta amoral dalam proses memuluskan calon wakil presiden untuk Pemilu 2024 ini, merupakan tanda awal dari itikad yang tidak baik pada pelaksanaan Pemilu 2024 yang sangat diharap oleh rakyat akan tampilnya pemimpin yang jujur, amanah dan berpihak sepenuh hati kepada rakyat.
Karena itu cerita lama yang dikirim kawan-kawan dari Sumatra Barat tentang "Si Malin Kundang, Anak Durhaka" kemarin perlu direnungkan juga seperti epos soal "Petruk Jadi Ratu" dalam konteks kekinian yang terkesan sedang kembali berulang, seperti petuah Melayu yang juga jelas mengisyaratkan "seperti tak pandai mengukur baju di badan". Tentu saja dari dramatika epos masa silam ini, tidak mustahil kelak akan serupa dengan kisah "Sang Pungguk Yang Merindukan Rembulan".
Banten, 25 Oktober 2023
Jacob Ereste.