Medan, Wartapembaruan.co.id -- Dalam rangka memperingati 8 Tahun berdirinya Gerakan Pemuda Nasional untuk Laut Filipina Barat, sebuah organisasi perdamaian, non-profit dan transglobal yang mengadvokasi pelestarian kedaulatan dan integritas wilayah Filipina, mengundang masyarakat ke Virtual Internasional ke-12 mereka. Konferensi Laut Cina Selatan (Filipina Barat) yang diselenggarakan melalui webinar Zoom pada hari Sabtu, 30 September 2023, Pukul 10.00 hingga 13.00. Waktu Manila, atau jam 12 siang sampai jam 3 sore. Waktu Standar Chamorro. Pukul 10.00 Waktu Indonesia Barat.
Fahrizal S.Siagian, S.H. yang merupakan Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus salah seorang Founder Komburhukum.id mengikuti Konferensi Internasional yang diselenggarakan oleh The National Youth Movement for the West Philippine Sea yang ketuai oleh Mrs. Dr. Celia Lamkin. Selain Fahrizal, kegiatan ini diikuti salah seorang mahasiswi lainnya yang merupakan Partnership pada Law Office Tommy Sinulingga, yakni Advokat Indira Dina Sabrina, S.H.
Kegiatan ini dibuka oleh Dr. Celia Lamkin, warga Guam dan Saipan, pendiri sekaligus ketua umum organisasi tersebut dan ketua panitia penyelenggara konferensi. Lamkin mengatakan temanya adalah, “Tujuh Tahun Setelah Putusan Arbitrase: Perdamaian, Ekonomi, Stabilitas, dan Keamanan di Tiongkok Selatan (Filipina Barat) Laut dan Dunia.”
Antonio T. Carpio, pensiunan hakim senior di Mahkamah Agung Filipina menjadi pembicara tamu. Pembicara lainnya adalah Advokat Loida Nicolas Lewis, seorang tokoh komunitas Filipina-Amerika dan pemimpin global terkemuka, ketua U.S Filipinos for Good Governance, seorang yang sangar dermawan, pengusaha, mantan pengacara imigrasi dan penulis dari New York City. Beliau juga menjadi narasumber kegiatan ini.
Turut hadir juga, Kapten Purn. Carl O. Schuster, USN, Profesor pada Program Diplomasi dan Ilmu Militer Universitas Hawaii Pasifik, konsultan pertahanan, mantan direktur operasi, Pusat Intelijen Gabungan Komando Pasifik AS, Honolulu, Hawaii, menjadi narasumber dalam kegiatan ini.
Turut berhadir juga Prof. Emeritus Dr. Carlyle A. Thayer, Ph.D., dari Sekolah Humaniora dan Ilmu Sosial, Akademi Angkatan Pertahanan Australia, Universitas New South Wales di Canberra, Australia menjadi narasumber dalam kegiatan ini.
Kegiatan ini juga diisi oleh Kolonel Purn. Ray Powell, Angkatan Udara A.S.. Direktur SeaLight di Pusat Inovasi Keamanan Nasional Gordian Knot, Universitas Stanford Palo Alto, California, Amerika Serikat.
Pooja Bhatt, Ph.D., konsultan, Kementerian Luar Negeri India. Peneliti dan analis Hubungan Internasional dan Studi Keamanan, New Delhi, India.
Tran Thi Mong Tuyen, Ph.D. kandidat Professor di Universitas Nasional Cheng Kung dan rekan non-residen di Pacific Forum USA di Taipei, Taiwan. Ada juga Kumari Mansi, Ph.D., dari Kementerian Luar Negeri Taiwan.
Rekan 2023 di National Chengchi University di Taipei, Taiwan, dan Asisten Profesor di Amity University di Haryana, India. Nguyen The Phuong, Ph.D. kandidat Maritime Securities di University of New South Wales, Canberra, Australia, dari Ho Chi Minh City, Vietnam.
Profesor Haruko Satoh, salah satu direktur Pusat Penelitian IAFOR di Sekolah Kebijakan Publik Internasional Osaka di Universitas Osaka, Osaka, Jepang.
Su Wai Mon, Ph.D., dosen senior, Fakultas Hukum; anggota asosiasi, Institut Ilmu Kelautan dan Bumi, Universitas Malaya di Kuala Lumpur, Malaysia. Selama konferensi, akan ada penghormatan khusus kepada mendiang Duta Besar Albert F. del Rosario, mantan sekretaris Departemen Luar Negeri Filipina. Acara ini akan disiarkan langsung di halaman Facebook NYMWPS dan Zoom Cloud Meeting.
Pada kegiatan ini, Dr Celia Lamkin mengapresiasi dan menyambut antusias keikutsertaan Mahasiswa asal Indonesia yakni dari Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara. Fahrizal menyampaikan bahwa hal terpenting yang harus dijaga ialah perdamaian dunia. Karena sikap Indonesia sesuai tujuan Bangsa Indonesia yang tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945, yakni dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.." Fahrizal berpesan bahwa apapun yang terjadi, bangsa Asean harus mengingat jatidirinya untuk menjadi regional yang aman dan damai serta menjadi pelopor perdamaian dunia. Fahrizal mengingatkan bahwa mengenai Isu yang dibahas, tentu tidak bisa terlepas dari bangsa lainnya di sekitar Laut China Selatan, salah satunya Indonesia. Untuk membahas solusi terkait problem yang terjadi, harus mempertimbangkan berbagai pandangan negara tetangga lainnya termasuk Indonesia sebagai Ketua Asean 2023. Semua aspek harus bermuara pada perdamaian dunia yang didambakan semua umat manusia.