Singapura, Wartapembaruan.co.id - Di Negeri Singa, Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri bersama Bank Dunia juga bertemu dengan Otoritas Keuangan Singapura atau Monetary Authority of Singapore (MAS). "Dengan MAS kami membahas bagaimana otoritas keuangan memanfaatkan Singpass dalam semua kegiatan ekonomi khususnya perbankan," kata Direktur Integrasi Data Kependudukan Nasional (IDKN) Akhmad Sudirman Tavipiyono yang ikut bersama rombongan Bank Dunia bersama Direktur Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil (Dafdukcapil) Handayani Ningrum, Jumat (21/7/2023).
Direktur IDKN Tavipiyono menjelaskan dengan contoh, bagaimana meregulasi penggunaan pembukaan rekening secara online dengan memanfaatkan Singpass (IKD Singapura) yang mempunyai fiture Dua Faktor Otentikasi (2F).
"Kunjungan ini sebagai persiapan pelaksanaan proyek penguatan administrasi kependudukan dan pengenalan identitas digital untuk mendukung pelayanan yang inklusif serta transformasi digital di Indonesia bekerja sama dengan Bank Dunia," kata Direktur Tavip.
Di hari yang sama, rombongan Indonesia yang dibawa Bank Dunia ini bertemu pula dengan UOB Singapore. "Dengan UOB kami banyak mendapat insight perihal bagaimana Singpass membantu percepatan pelayanan dan kepuasan konsumen. Proses pelayanan perbankan, baik untuk membuka rekening maupun untuk melakukan transaksi keuangan lainnya makin mudah dengan menggunakan Singpass," jelas Tavip.
Sebagai gambaran, bila dilakukan secara manual menggunakan KTP fisik atau ID Card Singapura, waktu pelayanan untuk membuka rekening adalah sekitar 30 menit. Namun dengan IKD Singapura atau Singpass, untuk pelayanan yang sama waktunya hanya 5 menit. "Tentu saja hal ini akan sangat membantu baik dari sisi inklusi keuangan ataupun juga dari sisi fraud keuangan lainnya."
Hasil kunjungan ini, menurut Tavip, Dukcapil dan masing-masing partisipan banyak mendapatkan lesson learn untuk pembangunan dan penguatan aplikasi IKD di Indonesia.
Pelajaran yang bisa dipetik, pertama, jelas Tavip, Indonesia tidak bisa mencopy apa yang ada di Singapura secara mentah. "Misalnya dalam mengembangkan Digital ID mereka membentuk institusi khusus seperti Govtech yang terpisah dari Immigration and Checkpoints Authority (ICA). Namun demikian, kita bisa melihat ICA menjadi tulang punggung utama dalam penerbitan Singpass, karena data dari ICA adalah data yang terupdate," beber Tavip.
ICA juga menjadi salah satu sumber Single Source of Truth dari data yang menjadi sumber utama My Info dalam bertransaksi, yaitu data kependukan yang update dengan alamat terbaru.
Di Indonesia semuanya, baik penerbitan Identitas Fisik (KTP-el) maupun IKD atau Digital ID dilakukan oleh satu institusi, yaitu Ditjen Dukcapil Kemendagri. Begitu juga tentang adminduk dan pencatatan sipil yang dilakukan oleh Dukcapil di Indonesia sangat komprehensif dan lengkap. Khusus pencatatan sipil mulai dari lahir, kawin, cerai, mati dan segala kejadian penting dicatat. "Tidak demikian halnya yang dilakukan oleh ICA yang hanya mencatat lahir dan mati saja."
"Hal ini tentu saja sangat menguntungkan dari sisi keselarasan dalam pembangunannya serta kemudahan dalam proses pemanfaatannya oleh lembaga pengguna serta kepraktisan yang lain karena dilakukan hanya di satu pintu, yaitu Ditjen Dukcapil Kemendagri," urainya lebih jelas.
Kedua, faktor keamanan data adalah yang utama. Di Singapura bukan hanya data yang diambil dari My Info yang perlu diamankan, melainkan juga penggunaan dari Singpass itu sendiri.
Singpass dalam mengamankan penggunaannya oleh konsumen melibatkan perusahaan seperti Mastercard dalam melakukan analitic terhadap kemungkinan Singpass itu disalahgunakan oleh orang yang tidak tepat. "Dalam hal ini security menjadi konsen penuh, bukan hanya dengan konsep security by design, melainkan juga security secara end to end mulai dari design sampai pada proses pemanfaatannya."
Ketiga, lanjut Tavip, Singpass di Singapura menjadi landasan dari semua digitalisasi yang terjadi di Singapura selama ini. Sehingga Singpass menjadi tulang punggung dari Visi Pemerintah Singapura dalam mewujudkan Smart Nation/Negara Cerdas ala Singapura.
"Singpass juga menjadi basic dari layanan yang digital di Singapura dengan sentuhan kemanusiaannya dengan tagline 'Digital to the Core', and 'Serves with Heart'. Yakni, Digitalisasi Sampai ke Inti dan Melayani dengan Hati."
Tavip menyimpulkan, belajar dari Singapura, IKD sangat berpotensi menjadi landasan dari semua digitalisasi layanan di Indonesia baik oleh pemerintah maupun oleh swasta ke depan. Dukcapil***