BOGOR, Wartapembaruan.co.id - Hujan dan banjir di Indonesia, seolah-olah alam sedang memusuhi manusia. Namun sejatinya, manusia dan alam bisa hidup selaras tanpa saling melukai satu sama lain. Kita bisa belajar harmonisasi alam dari Suku Baduy.
Demikian dikatakan ketua paguyuban Pecinta Wayang Golek (PWG) Bogor Raya, Andy Djava di Sekretariatnya Pamoyanan Bogor Selatan. Senin, (19/6/23). Menurutnya, suku Baduy di Banten adalah mutiara budaya dari Indonesia.
"Mereka bukan masyarakat yang tertinggal atau terpencil, tapi mereka ingin terus mengikuti amanat buyut mereka dan hidup dalam harmonisasi alam", kata kang Andy panggilan akrabnya.
Lojor heunteu meunang dipotong, pendek heunteu meunang disambung. Artinya, panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung. Itulah penggalan amanat buyut yang selalu dijunjung tinggi oleh masyarakat Baduy.
"Dimaksudkan agar segala adat istiadat yang sudah tertanam lama di suku Baduy, harus tetap dipertahankan", katanya.
Dulu waktu saya berkunjung ke kampung adat Baduy untuk yang ke-dua kalinya. Sambung Andy, delapan tahun yang lalu tepatnya bulan juni 2015 selama dalam perjalanan setiap berpapasan dengan mereka di jalan, warga Baduy dengan ramahnya menyapa kita. "Kamana.. Sing salamet di jalan" (Kemana semoga selamat di jalan).
"Selama dalam perjalanan memasuki kampung Cikartawarna, kita disuguhi pemandangan alam yang sangat indah dengan gugusan Gunung seolah-olah menyambut kedatangan kita. Sungguh perjalanan yang sangat mengesankan dan tidak membosankan", kenangnya. (*)