"Indonesian Conference on Tobacco or Health (ICTOH) ke-8 menggelar Youth Forum ke-7 untuk menggalang kesadaran dan advokasi anak muda terhadap pengendalian konsumsi rokok yang mengancam masa depan anak-anak di Indonesia".
Magelang, Wartapembaruan.co.id – Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey Indonesia 2019, ada 19,2 persen siswa, lalu 35,6 persen anak laki-laki, dan 3,5 persen anak perempuan saat ini menggunakan produk tembakau baik elektronik maupun konvensional.
Data yang sama juga menemukan 18,8 persen siswa, 35,5 persen anak laki-laki, dan 2,9 persen anak perempuan saat ini merokok; masih ada 19,2 persen siswa, 38,3 persen anak laki-laki, dan 2,4 persen anak perempuan saat ini merokok konvensional. Sisanya ada 1,0 persen siswa, 1,4 persen anak laki-laki, dan 0,7 persen anak perempuan saat ini menggunakan produk tembakau lainnya.
Temuan tersebut menegaskan bahwa Gerakan Kaum Muda memainkan peran penting dalam upaya pengendalian zat adiktif berupa produk tembakau. Oleh karena itu, Indonesian Conference on Tobacco or Health (ICTOH) ke-8 memulai rangkaian acara hari pertama pada 29 Mei 2023 di Magelang, Jawa Tengah, dengan kegiatan Youth Forum dengan mengangkat tema “We Need Nutrition, Not Addiction”.
Indonesian Conference on Tobacco or Health (ICTOH) adalah konferensi nasional di bidang pengendalian tembakau yang diadakan sejak tahun 2014. ICTOH rutin diselenggarakan setiap tahun mengangkat tema yang selaras dengan World No Tobacco Day di tingkat global. Rangkaian ICTOH pada tahun ini terdiri dari: pre-event, event, dan post-event berupa; Youth Forum, ICTOH, dan Field Trip.
Rangkaian acara pre-event Youth Forum 2023 ini telah memasuki tahun ke-7 dengan menyajikan berbagai kegiatan meliputi talk show, interactive session, workshop, konferensi pers, dan youth declaration (deklarasi anak muda).
Latif Ghozali, Ketua Umum PD Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kabupaten Magelang selaku Ketua Panitia dan Tuan Rumah Youth Forum 2023 ini mengatakan bahwa antusiasme anak muda terhadap pengendalian tembakau tercermin dari banyaknya komunitas anak muda yang terlibat dalam kegiatan Youth Forum, misalnya; para mahasiswa dan mahasiswi dari fakultas kesehatan masyarakat, serta perwakilan petani milenial di Jawa Tengah.
“Untuk peserta luring saja kami menargetkan ada sekitar 70 peserta dari Kabupaten Magelang. Sisanya yang secara daring melalui Zoom sudah mencapai sekitar 500 peserta dari seluruh Indonesia, maka kami menyediakan kuota peserta daring sekitar 1000 orang,” tutur Latif.
Manik Marganamahendra, Leader of Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC) menambahkan, kegiatan Youth Forum akan menjadi wadah produktif bagi anak muda untuk berdiskusi dan merumuskan aksi melalui deklarasi pengendalian tembakau.
“Jadi melalui deklarasi pengendalian tembakau ini akan membantu Gerakan Anak Muda untuk mengantisipasi dan melawan narasi-narasi menyesatkan dari industri rokok,” ujar Manik.
*Pentingnya Gizi dan Kemandirian Ekonomi dari Jerat Rokok*
Dalam sesi talk show, Peneliti muda Beladenta Amalia mewakili Institute for Global Tobacco Control dari Johns Hopkins University mengatakan pada 2019 sebanyak 1 miliar orang dewasa di seluruh dunia merokok, dengan prevalensi sekitar 500 juta orang tersebar di China, India, dan Indonesia. Kondisi inilah yang memicu luasnya lahan pertanian tembakau di Indonesia. Ia mengatakan perlunya pendekatan komprehensif dalam kebijakan transisi dari pertanian tembakau dengan melibatkan pendidikan, pelatihan, dukungan pemerintah, pengembangan pasar, dan advokasi. Sehingga langkah tersebut membantu generasi petani berikutnya dapat beralih dari menanam tembakau ke praktik pertanian yang lebih berkelanjutan dan beragam.
"Walaupun Indonesia sebagai eksportir tembakau terbesar keenam di Indonesia, kontribusi pertanian tembakau hanya 0,03 persen dari total produk domestik bruto, jadi dampaknya terhadap ekonomi tidak besar," ujar Beladenta melalui Zoom.
Perwakilan Petani Muda dari Semarang Shofyan Adi Cahyono menambahkan dengan visi sociopreneur, ia mengalihkan lahan tembakau menjadi lahan pangan organik. Shofyan mengaku ia menyabet omzet yang lebih besar yakni Rp50-100 juta dibandingkan saat menanam tembakau.
“Saya tidak menanam tembakau lagi karena ada banyak hal yang merugikan. Pertama, durasi panennya terlalu lama. Kedua, secara harga tembakau makin menurun jadi tidak lagi menguntungkan. Terakhir, petani tembakau begitu rentan dengan rantai penipuan yang dilakukan tengkulak,” tuturnya.
Dengan membuka kebun produksi sayuran sekitar 10 hektare di lereng Gunung Merbabu yang subur, ia mendulang keuntungan yang lebih besar dan otomatis menyumbang dampak pada kualitas pangan bergizi masyarakat.
“Untuk transisi dari tembakau ke sayuran memang sulit. Petani harus pelan-pelan kami arahkan, dan kami ajarkan analisis usaha,” ujar Shofyan.
Selain dua narasumber tersebut masih ada sejumlah tokoh muda yang hadir membagikan pengalamann dalam mewujudkan hidup sehat dengan makanan bergizi. Beberapa diantaranya yakni; Puteri Indonesia 2008, Miss International Doctor Athlete & Health Influencer untuk nutrisi dr. Ayu Diandra Sari, MM, M.Gizi, Sp.GK, ada juga Petani Milenial Kabupaten Magelang Rayndra Syahdan Mahmudin, Petani Muda dari Magelang Muhaimin, Oktavian Denta Eko Antoro dari Semarku-Kulon Progo, Rd. Sarah Rauzana Putri dari ASEAN Youth Organization, Nala Amirah dari Green Welfare Indonesia.
Indonesian Conference on Tobacco or Health (ICTOH) merupakan serangkaian acara memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) tahun 2023 dengan tema “We Need Food Not Tobacco”. ICTOH ke-8 merupakan kerja sama dari Tobacco Control Support Center Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (TCSC IAKMI) dengan MTCC Universitas Muhammadiyah Magelang. Kegiatan ICTOH ke-8 bertujuan mendorong pemerintah Indonesia mengambil kebijakan mengalihkan konsumsi rokok untuk pangan bergizi.
(Ibenk)