SIJUNJUNG, WARTAPEMBARUAN.CO.ID - Bupati Sijunjung Benny Dwifa akan membantu memfasilitasi pihak keluarga Muhammad Husni Sabil (28) yang merupakan korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Myanmar asal Kabupaten Sijunjung jika ingin bertemu dengan korban di Jakarta.
Dikatakannya, korban Muhammad Husni Sabil asal Nagari Tanjung, Kecamatan Koto VII bersama 19 orang rekan lainnya kini sudah berada di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Bangkok, Thailand.
"Kita sudah dapat kabar bahwa, sementara korban sekarang sudah di KBRI, namun belum bisa langsung pulang. Yang terpenting sudah keluar dulu dari perusahaan tersebut," tutur Bupati Sijunjung saat mengunjungi keluarga korban. Pada Minggu (7/5).
Bupati Benny mendatangi rumah Sabil (korban-red) didampingi Kadis Nakertrans Sijunjung Khamsiardi, Dinas Kominfo David Rinaldo, Camat Koto VII Elko Febri Marola, Walinagari Tanjung dan jajaran Polsek serta Koramil Koto VII.
"Yang terpenting sekarang pihak keluarga kita minta untuk tenang, dan bersabar untuk proses ini. InsyaAllah kalau sudah di KBRI sekarang ini korban sudah aman," ujar Benny.
Meski nanti, lanjut bupati, jika sudah sampai di Jakarta akan ada beberapa hal administrasi dan proses yang perlu diselesaikan dulu, dan mungkin belum bisa langsung pulang ke Kabupaten Sijunjung.
"Kita lihat dulu perkembangannya nanti, bagaimana situasinya. Sehingga jangan nanti malah menambah mengkhawatirkan pihak keluarga, kalau memang memungkinkan untuk keluarga pergi ke Jakarta untuk bertemu, kita akan fasilitasi nanti," terangnya.
Bahkan, pasca kepulangan korban nanti ke Sijunjung, Pemda akan bantu mengakomodir Sabil. "Target kita sekarang korban pulang dulu ke rumah, setelah itu kita kembalikan kepada pihak keluarga. Terkait nanti jika perlu peran pemerintah daerah kita akan fasilitasi melalui dinas terkait," papar Bupati Sijunjung.
Sejak mengetahui adanya warga Sijunjung yang menjadi korban TPPO di Myanmar, Pemkab Sijunjung terus melakukan langkah-langkah untuk membantu percepatan pemulangan korban ke Indonesia melalui kordinasi dengan sejumlah pihak.
"Usai kita dapat kabar, Pemda mengutus dinas terkait untuk memastikan kepada pihak keluarga korban di Nagari Tanjung, dan kemudian berkomunikasi dengan Dinas Ketenagakerjaan Provinsi, BP3MI Sumbar hingga pemerintah pusat. Alhamdulillah ternyata langsung disikapi oleh Pemerintah pusat," ungkapnya.
Pemkab Sijunjung berkordinasi dengan Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Wilayah Sumbar yang hingga kini terus memonitor perkembangan proses pemulangan korban dari KBRI Bangkok ke Indonesia.
"Kata BP3MI Sekarang posisi korban sudah di KBRI, di Bangkok. Namun sekarang masih proses pendataan administrasi dulu. Kita masih nunggu perkembangannya, terkait kepulangan dan biaya ke Jakarta akan ditanggung pemerintah dan akan kita koordinasikan dulu. Kami masih nunggu kejelasan dari KBRI di Bangkok," sebut Bupati Sijunjung.
Sementara itu, Dewi (46) ibu korban berterima kasih kepada pemerintah daerah, provinsi hingga pusat serta seluruh pihak yang telah membantu sampai saat ini. "Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Kami berharap Sabil bisa segera pulang dengan aman dan sehat," tutur Dewi.
Ibu korban menceritakan, anaknya bisa sampai di Myawady, Myanmar setelah mengikuti ajakan temannya. "Katanya ada teman yang sama di pemain figuran sinetron di jakarta mengajak bekerja ke Thailand dengan gaji Rp12 juta per bulan," kata Dewi.
Korban pun Berangkat ke Myanmar bersama 19 orang lainnya dari Jakarta pada November 2022 kemarin. "Tidak ada rasa curiga, sebelum berangkat katanya sempat tes interview. Dia (Sabil) masih menggunakan KTP Sijunjung, pasport dan seluruhnya diurus perusahaan," sebut ibu empat anak tersebut.
Namun, bukannya ke Thailand, korban malah dibawa ke Myawady, Myanmar. "Mungkin karena polos anak saya tidak tahu kalau ternyata sudah sampai di Myanmar. Bulan pertama bekerja di sana anak saya sempat mengirim uang pulang, begitu juga bulan kedua tapi jumlahnya tidak sama," ujarnya.
Kata Dewi, anaknya dipaksa bekerja sebagai scammer online yang merupakan modus penipuan. "Mereka dipaksa dan disekap, bahkan disiksa kalau tidak mau bekerja. Mereka juga diancam kalau berani buka mulut. Itu terjadi sudah sejak Februari 2023 kemarin," kata ibu korban.
Korban merantau ke Jakarta sejak 2 tahun lalu, dan bekerja di luar negeri sudah enam bulan. "Hilang komunikasi sejak 21 April kemarin pada momen lebaran kemarin. Kami sesama pihak keluarga punya grup WA dengan 20 keluarga korban lainnya. Korban terdiri dari berbagai daerah. Dari situ kami terus memantau kondisi mereka," tambahnya. (Rel)