TOLITOLI, Wartapembaruan.co.id - Direktur Utama PT.Sulteng Mineral Sejahtera (SMS) Akhmad Sumarling, SE terus saja bikin ulah, bukan hanya terkait sepak terjang perusahaannya yang lagi "nafsu" bermain diwilayah tambang rakyat desa Oyom Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah.Belakangan pernyataan dan penegasannya, selalu saja meninggalkan polemik dan menimbulkan kebencian, belum usai pernyataannya yang telah mencederai profesi jurnalis yang viral dimedia jaringan FPII beberapa hari terakhir, kali ini muncul lagi pernyataan atau bahasa nyleneh sang Dirut terkait istilah "Bukan Warga Asli".
Dalam berbagai kesempatan, Direktur Utama PT.SMS Ahmad Sumarling selalu menyebut istilah "Bukan Warga Asli' terhadap orang-orang yang melakukan aksi atau penolakan terhadap aktifitas PT.SMS.
Reaksi keras, datang dari Tokoh Adat Dondo Udin Dg.Masese, yang disampaikan melalui jaringan media FPII, kamis (15/12/2022).
Udin Masese mengingatkan agar Dirut PT. SMS Ahmad Sumarling berhati-hati menggunakan kalimat BUKAN WARGA ASLI. "Penggunaan kalimat itu bisa dinilai bernuansa SARA," tegas Udin.
Udin Masese, tegas mengatakan jika yang dimaksud warga asli adalah suku Dondo, bagaimana PT SMS akan memilah keaslian masing-masing penduduk Desa Oyom, misalnya, apakah si A yang murni kelahiran desa oyom, tapi menjadi salah satu koordinator aksi yang menolak PT SMS dapat dikategorikan penduduk Palsu ?" Gugat tanya Udin Masese Geram.
Lanjut Udin Dg.Masese mengungkap fakta, menilik pada kepengurusan koperasi "bentukan" PT SMS, jelas bahwa 70 % Ketua koperasinya adalah bukan suku Dondo, yang merupakan matoritas penduduk di desa Oyom.
"Penggunaan kalimat "bukan penduduk asli" atau "Bukan Warga Asli" harus dihentikan karena akan lebih memperparah perpecahan dimasyarakat, tegas Udin Masese, yang juga merupakan Tokoh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).
(Team)