OPINI, Wartapembaruan.co.id - "Seseorang bisa kehilangan segala-galanya kecuali harapan. Karena harapan adalah hal terindah dalam hidup manusia”. Begitulah pepatah jerman yang hari ini dapat menjadi sebuah gambaran dari Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.Dalam laju arus modernisme yang serba cepat, semua di tuntut untuk terus berkembang diberbagai aspek kehidupan. Secara teoritis zaman modern telah dimulai saat memasuki era millenium dengan munculnya inovasi-inovasi di bidang teknologi yang turut serta mempercepat laju perkembangan zaman.
Melalui kacamata sosiologis, perspektif evolusionis yang merupakan perspektif paling awal dalam kajian sosiologis, dimana perspektif ini selalu didasarkan pada dua tokoh pemikir besar Auguste Comte dan Herbert Spencer. Perspektif evolusionis selalu memandang agar sampai pada pembangunan ekonomi, demokrasi dan kemakmuran, diperlukan modernisasi sebagai bentuk transformasi masyarakat dalam memasuki era industrialisasi yang merupakan tahap terpenting serta mutlak untuk dilakukan.
Jauh dari pada itu, sebelum munculnya isu modernisme dikalangan masyarakat dunia mari kita sedikit menengok kebelakang terkait rekam jejak sejarah Kabupaten Pesisir Selatan.
Jejak Historis Kerajaan Indrapura Pesisir Selatan
Menurut literatur yang ada, tahun 1948 di tetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Pesisir Selatan dengan merujuk undang-undang nomor 10 tahun 1948 tentang pembagian Sumatera dalam tiga provinsi. Akan tetapi jauh sebelum itu nama-nama daerah di wilayah Pesisir Selatan sudah banyak dikenal secara luas oleh masyarakat dunia.
Hal ini tak lepas dari pengaruh besar kesultanan Indrapura yang berjaya karena perdagangan dan kemaritiman. Atas kekayaan alam yang melimpah ini juga Indrapura menjadi perhatian mancanegara, diantaranya Belanda, Inggris hingga Portugis pernah menjajakan kakinya di wilayah ini.
Sebelum selat malaka dan pantai timur Sumatera terkenal dengan lalu lintas pelayaran, terlebih dulu wilayah pantai barat Sumatera khususnya wilayah Pesisir Selatan, Padang dan juga Pariaman merupakan wilayah penting jalur laut dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Di sisi lain, pada abad ke-17 wilayah Bayang dan Salido merupakan daerah penghasil emas bermutu tinggi yang tambangnya didirikan oleh Belanda, selain emas lada juga menjadi komoditas andalan dari wilayah perdagangan ini (Bahar dan Amir, Peninggalan Maritim Pantai Sumatera Barat)
Tak bisa dipungkiri, suksesnya sistem perekonomian maritim kesultanan Indrapura dengan pihak luar kala itu juga di dukung oleh adanya pelabuhan yang hingga saat ini masih kita kenal dengan nama Muaro Sakai. Dalam pembangunan pelabuhan Muaro Sakai, kongsi dagang Belanda menyewa tanah pada kerajaan Indrapura, atas perjanjian itu juga pihak Indrapura berhak atas pengawasan pelabuhan tersebut.
Secara adminitrasi pelabuhan Muaro Sakai terletak di Kampung Muaro Sakai, Nagari Indrapura, Kecamatan Pancung Soal. Semenjak diserahkan kepada pemerintah Indonesia pada tahun 1950 atas berbagai alasan pelabuhan ini hanya beroperasi hingga sekitar tahun 1970-an.
Dari ulasan singkat tersebut, setidaknya kita telah memiliki gambaran terkait bagaimana majunya wilayah Pesisir Selatan saat itu di bawah kepemimpinan kesultanan Indrapura yang menguasai jalur perdagangan perkonomian maritim, serta lada dan emas sebagai komoditas unggulan.
Kondisi Geografis dan Potensi Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan
Kabupaten Pesisir Selatan terletak di pinggir pantai, dengan garis pantai sepanjang 218 kilometer. Topografi wilayah ini terdiri dari dataran, gunung, dan perbukitan yang merupakan perpanjangan kelompok Bukit Barisan. Di sebelah utara Kabupaten Pesisir Selatan bersamaan batasanya dengan Kota Padang, sebelah timur dengan Kabupaten Solok dan Provinsi Jambi, sebelah selatan dengan Provinsi Bengkulu, dan di sebelah barat dengan samudera Indonesia.
Dengan topografi wilayah yang dimiliki Kabupaten Pesisir Selatan, sudah barang tentu tidak berlebihan jika menyebut Kabupaten Pesisir Selatan sebagai potongan surga yang di anugrahkan oleh Sang Pencipta di dunia ini. Kekayaan alam yang melimpah secara spontan dapat dilihat dari berbagai aspek, mulai dari laut, hutan, pegunungan, tambang dll.
Potensi-potensi wilayah yang ada perlu digarap secara serius untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. Pengelolaan ini tentu harus melibatkan seluruh stake holder terkait, mulai dari para pemangku kebijakan hingga masyarakat akar rumput.
Dari berbagai aspek kekayaan alam yang ada, Kabupaten Pesisir Selatan memiliki banyak peluang yang bisa dimanfaatkan seperti misalnya sektor pariwisata. Di sektor pariwista, berdasarkan konsep pemanfaatan (Marine Ecotourism for The Atlantik Area, 2002) wisata dapat diklasifikasikan menjadi tiga, pertama wisata alam (Natural Tourisme) merupakan aktivitas wisata yang di tujukan pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.
Kedua wisata budaya (Cultural tourism) wisata dengan kekayaan budaya sebagai objek yang menekankan pada aspek Pendidikan, dan yang terakhir Ekowisata (Ecotourism, green tourism atau alternative tourism) yang merupakan wisata dengan orientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumber daya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan.
Dari konsep pemanfaatan, Kabupaten Peisisr Selatan memiliki tiga klasifikiasi tersebut baik wisata alam, wisata budaya, maupun ekowisata. Maka saat ini yang di perlukan oleh Kabupaten Pesisir Selatan adalah kesadaran kolektif sebagai bentuk cinta kasih terhadap alam, kemudian melahirkan sebuah tindakan yang mengusung satu visi untuk kesejahteraan Kabupaten Pesisir Selatan.
IKM Menatap Masa Depan Kabupaten Pesisir Selatan
Sebagai salah satu upaya menjawab tantangan dunia modern, pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan mengimplementasikan sebuah gagasan besar dalam bentuk program pemberdayaan Industri Kecil Menengah (IKM). Tentu ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah setempat, sebab seperti yang kita ketahui bersama bahwa menggerakan sebuah narasi besar bukanlah sesuatu yang mudah, dan dibutuhkan kesadaran kolektif oleh semua pihak agar program tersebut bisa sejalan dengan cita-cita pemerintah.
Gagasan besar tersebut kemudian tertuang dalam dua sub kluster, yakni IKM Pengolahan Hasil Perikanan dan IKM Pengolahan Minyak Atsiri
Melihat potensi yang dimiliki kabupaten Pesisir Selatan, sudah menjadi suatu kewajaran jika pemerintah mengambil langkah melalui program pemberdayaan IKM. Cita-cita tersebut juga senada dengan masa kejayaan Pesisir Selatan di bawah kepemimpinan kerajaan Indrapura. Maka dengan adanya program tersebut seolah menjadi sinyal, bahwa Kabupaten Pesisir Selatan dengan IKM Pengolahan Hasil Perikanan dan Minyak Atsiri siap kembali menjadi kiblat bagi perekonomian nasional dan ekonomi kreatif dalam hal industri pengolahan hasil kekayaan alam seperti halnya yang pernah terjadi di masa kejayaan kesultanan Indrapura.
Di sektor perikanan Kabupaten Pesisir Selatan, memiliki nilai tawar dengan kearifan budaya yang masih terjaga. Kearifan budaya tersebut ter-ejawantah melalui nelayan yang masih menggunakan perahu tradiosnal dengan trip one day fishing. Kearifan budaya yang melekat erat dengan kehidupan masyarakat tersebut sudah seharusnya dilestarikan sekaligus sebagai campaign bahwa keselarasan untuk meningkatkan nilai tambah perekonomian bisa dilakukan beriringan dengan menjaga kelestarian alam.
Selanjutnya di bidang pengolahan minyak atsiri, bahwa minyak atsiri serai wangi yang memiliki mutu bagus dan kualitas tinggi salah satunya di hasilkan dari wilayah Sumatera Barat, tak terkecuali hasil pengolahan minyak atsiri serai wangi dari Kabupaten Pesisir Selatan.
Dengan dua potensi unggulan yang dimiliki masing-masing IKM baik IKM pengolahan hasil perikanan maupun IKM pengolahan minyak atsiri, maka bukan tidak mungkin melalui program tersebut akan menjadi salah satu harapan bagi Kabupaten Pesisir Selatan di masa depan dalam hal menopang perekonomian yang bermuara pada kesejahteraan tanpa harus merusak keseimbangan alam.
Kondisi tersebut juga didukung dari aspek potensi wilayah yang dimiliki Kabupaten Pesisir Selatan. Selanjutnya tinggal bagaimana stake holder terkait mampu mengelaborasi antara potensi satu dengan yang lainnya.
Tetapi sekali lagi, menggerakkan suatu gagasan, ide serta konsep besar bukanlah sesuatu yang mudah. Dibutuhkan sebuah desain yang matang serta konsistensi dan solidaritas bersama seluruh komponen masyarakat dan pemerintah untuk mencapai sebuah tujuan dan cita-cita, sehingga gagasan tersebut mampu teraktualisasi menjadi harapan bersama di masa depan.
Terakhir, langkah yang di ambil oleh Pemerintah Pesisir Selatan semoga menjadi seperti apa yang di katakana oleh Kuntowijoyo :
“Sejarah adalah rekonstruksi atau membangun kembali peristiwa masa lalu untuk dikontekstualisasikan ke dalam kehidupan masa kini dan masa mendatang"
Penulis : Faiz Al Ghiffary (Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat)