Deputi Bidang Perekonomian, Setkab, Satya Bhakti Parikesit menyampaikan DKT mengenai outlook economy ini merupakan agenda rutin yang diselenggarakan Kedeputian Bidang Perekonomian setiap tahun. Hasil dari diskusi akan menjadi bahan dalam menyusun rekomendasi kebijakan yang akan disampaikan kepada Presiden melalui Sekretaris Kabinet.
“DKT mengenai outlook economy 2023 ini merupakan salah satu DKT yang rutin diselenggarakan setiap tahun untuk bisa memberikan satu analisis kebijakan atau rekomendasi kepada pimpinan kita untuk bagaimana menghadapi situasi kondisi eknomi kita pada setiap tahunnya,” ujar Bhakti saat membuka diskusi yang berlangsung secara hibrid tersebut.
Bhakti menyampaikan, situasi perekonomian dunia saat ini masih dipenuhi ketidakpastian bahkan dihadapkan pada kenaikan inflasi global, peningkatan suku bunga dan pengetatan likuiditas, krisis energi dan pangan, fragmentasi geopolitik, hingga ancaman resesi global.
“Belum pulih kita dari pandemi COVID-19, kemudian kita juga dihadapi oleh satu krisis global, perang antara Rusia dan Ukraina yang dampaknya terhadap harga pangan dunia yang memberikan suatu dampak juga di tanah air,” ucapnya.
Situasi tersebut juga memberikan risiko dan tantangan bagi perekonomian Indonesia. Bhakti menyampaikan, surplus neraca perdagangan pada bulan September 4,9 miliar Dolar Amerika Serikat atau turun dari bulan sebelumnya yang mencapai 5,76 miliar Dolar AS. Indeks Penjualan Riil pada bulan Agustus (year on year/yoy) juga mengalami penurunan disbanding bulan sebelumnya. Sementara Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada bulan September berada di angka 117,7 atau turun dibanding bulan Agustus yang mencapai 124,7.
Meski demikian, lanjut Bhakti, perekonomian Indonesia saat ini masih terjaga dengan pertumbuhan di kuartal III-2022 sebesar 5,72 persen, lebih tinggi dibanding pertumbuhan di kuartal II-2022 yang sebesar 5,45 persen (yoy).
“Perekonomian domestik secara umum masih menunjukkan ketahanan dengan ditopang peningkatan permintaan domestik, investasi yang terjaga, dan berlanjutnya kinerja positif ekspor meskipun mulai menunjukkan indikasi pelemahan temporer di September 2022,” ujarnya.
Untuk kuartal IV-2022, Bhakti menyampaikan masih terdapat sejumlah risiko ekonomi yang harus dihadapi dan dimigitasi secara optimal. Risiko tersebut, antara lain, inflasi yang melampaui sasaran dan mempengaruhi daya beli rumah tangga, pengetatan likuiditas, tren pelemahan nilai tukar Rupiah, hingga penurunan harga komoditas dan kinerja ekspor serta transaksi berjalan.
“Kenaikan suku bunga acuan BI ini juga mengakibatkan kenaikan suku bunga pinjaman yang selanjutnya pasti akan memberikan dampak terhadap peningkatan NPL [non performing loan] jika relaksasi restrukturisasi kredit yang diberikan OJK selesai; serta peningkatan risiko gagal bayar bagi BUMN yang memiliki utang tinggi dan pada akhirnya akan menjadi beban pemerintah. Inilah beberapa risiko-risiko yang perlu kita mitigasi dalam upaya kita menjaga pertumbuhan yang baik di kuartal IV tahun 2022,” kata Bhakti.
Bakhti pun berharap, DKT ini dapat memberikan gambaran outlook economy 2023 dan langkah mitigasi ekonomi di tengah ancaman resesi global.
“Kita melihat outlook economy 2023 dan bagaimana kita memitigasi ekonomi di tengah ancaman resesi tersebut. Saya harapkan di dalam DKT ini kita bisa fokus untuk melihat bagaimana asesmen kinerja perekonomian nasional tahun 2022,” ujarnya.
Secara rinci Bhakti memaparkan, DKT memiliki tiga sasaran. Pertama, asesmen kinerja perekonomian nasional tahun 2022 berupa moneter, jasa keuangan dan stabilitas sistem keuangan, fiskal pusat dan daerah, reformasi kinerja struktural, serta pengembangan iklim usaha.
Kedua, identifikasi atas berbagai risiko global dan nasional, serta pendalaman atas dampak berbagai risiko tersebut kinerja perekonomian nasional pada akhir tahun 2022 dan 2023.
Ketiga, formulasi strategi dan rekomendasi kebijakan yang diperlukan untuk memitigasi risiko resesi, menavigasi perekonomian, dan sekaligus mengakselerasi transformasi ekonomi yang menjadi tema sentral kebijakan ekonomi tahun 2023.
Turut menjadi narasumber dalam DKT ini Senior Economist PROSPERA Adhi Nugroho Saputro, Chief Economist Danareksa Research Institute Rima Prama Artha, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Teguh Dartanto, serta Ketua Umum APINDO Hariyadi B. Sukamdani.
Turut hadir Asisten Deputi Bidang Ekonomi Makro, Perencanaan Pembangunan, dan Pengembangan Iklim Usaha, Setkab, Roby Arya Brata; Kepala Perwakilan Bank Indonesia Solo, Nugroho Joko; dan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Solo, Eko Yunianto.
Kegiatan ini juga diikuti sekitar seratus orang peserta yang hadir baik secara daring maupun luring. Peserta tersebut berasal dari Sekretariat Kabinet, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Sekretariat Negara, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, serta PROSPERA. (FID/UN)