Jakarta, Wartapembaruan.co.id -- Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Putu Supadma Rudana mengapresiasi gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali yang berlangsung pada 15-16 November 2022 lalu. Menurutnya, Bali sebagai destinasi pariwisata dan budaya mendapat kehormatan menjadi tuan rumah pertemuan besar kepala negara dan eksekutif tersebut.
"Presidensi G20 telah mencapai kesuksesan besar. Apresiasi atas segala kesuksesan kepada Presiden Jokowi dan kabinetnya serta seluruh panitia atas kesuksesan summit G20 ini," kata Putu dalam keterangan tertulisnya, Jumat (18/11/2022).
Lebih lanjut, Putu berharap kedepan pemerintah dapat lebih mempromosikan lagi Bali maupun Indonesia di tingkat global. "Tentu ke depan semua tidak berhenti di sini. Semua dapat kembali memberikan manfaat kepada Indonesia, khususnya tuan rumah Bali yang merupakan ikon kepariwisataan Indonesia," imbuhnya.
Legislator Dapil Bali ini juga mengapresiasi pertemuan dan gala dinner pada KTT G20 yang secara khusus menghadirkan khazanah seni dan budaya nusantara, khususnya dari Bali. Sehingga para pemimpin dunia dapat menikmati keindahan seni budaya Indonesia.
Budaya menjamu dengan baik sebagai tuan rumah itu, menurutnya sudah berjalan sejak kepemimpinan sebelumnya, bahkan sejak era Presiden Soekarno. "Indonesia memang terkenal akan keramahan dan keindahan seni budaya serta alamnya, sehingga menjadi hal yang selalu diapresiasi pemimpin dunia saat event G20 dan event-event sebelumnya," lanjut Putu.
Selain itu, Politisi Fraksi Partai Demokrat ini juga mengapresiasi dan memberikan penghormatan tinggi kepada mantan presiden dan wakil presiden yang hadir di KTT G20 Bali. Putu Berharap KTT G20 menjadi momentum utama promosi Indonesia, baik dari seni, budaya, maupun keindahan alamnya. Selain itu juga mempromosikan komitmen atas penanggulangan perubahan iklim, pencapaian net zero emission, ekonomi hijau, serta peningkatan investasi dan kerja sama internasional.
"Sehingga, segenap masyarakat mendapatkan kemanfaatan ekonomi demi kesejatheraan masyarakat. Sehingga, masyarakat lokal maupun nusantara tidak hanya menjadi penonton pada berbagai perhelatan ataupun konferensi besar dunia lainnya," tutup Putu. (bia/aha)