Jakarta, Wartapembaruan.co.id -- Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta program pengintensifan lahan sebagai lumbung pangan atau food estate dilakukan dengan lebih maksimal.
“Cadangan-cadangan lahan kita di Kalimantan, di Sumatra Utara, di Papua, di Maluku harus menjadi bagian-bagian dari strategi kita dan di sana Presiden mengarahkan food estate agar bisa dilakukan lebih maksimal,” ujar Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo usai mengikuti rapat yang dipimpin oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (04/09/2022).
Pemerintah saat ini tengah melakukan pengembangan lumbung pangan di berbagai daerah di tanah air, di antaranya di Sumatra Utara, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, dan Papua. Mentan menyampaikan, pengembangan food estate di sejumlah daerah berjalan dengan cukup baik. Salah satunya adalah di Kalimantan Tengah yang mampu meningkatkan produktivitas dari 3 ton menjadi di atas 4-5 ton.
“Di Sumatra Utara bagus hasilnya, di Temanggung bagus, di Wonosobo bagus, di Sumba Tengah di NTT bagus,” imbuhnya.
Namun Syahrul tidak memungkiri adanya sejumlah lahan pertanian yang belum mampu memberikan hasil maksimal, namun dalam jumlah yang tidak begitu signifikan. Hal ini di antaranya dikarenakan karakteristik lahan yang digunakan.
“Ada beberapa lahan yang tentu saja berhasil cukup bagus tapi ada lahan-lahan yang kemudian karena air, namanya juga tempatnya seperti itu, kadang-kadang kalau hujan sedikit dia langsung banjir, naik ke atas, tentu saja di situ gagal, tapi enggak seberapa,” ujarnya.
Syahrul menambahkan, pemerintah akan terus mengintensifkan lahan pertanian di berbagai daerah untuk menjaga ketahanan pangan nasional.
“Kelihatannya memang ini membutuhkan konsentrasi-konsentrasi untuk kita buat cadangan-cadangan lahan baru di beberapa tempat untuk mengantisipasi itu,” ujarnya.
Terkait dengan bibit, Mentan menyampaikan bahwa tidak ada kendala dengan varietas bibit di Indonesia. Varietas bibit pertanian Indonesia saat ini sudah dapat ditanami di berbagai lahan seperti lahan normal, rawa, dataran tinggi, serta dataran rendah.
“Kopi kita ada yang [ditanam] tempat dataran rendah, ada kopi kita di dataran tinggi. Itulah perkembangan yang coba kita lakukan dengan baik, dengan riset-riset (R & D) yang tersedia, dan kerja sama dengan World Bank, IRRI, dan lain-lain,” pungkasnya. (RF/UN)