NTT, Wartapembaruan.co.id - Dewan Pimpinan Daerah Partai Mahasiswa Indonesia NTT kecam tindakan yang dilakukan Pemerintah Provinsi NTT menggusur 19 rumah warga Besipae, Kecamatan Amanuban Selatan, TTS. Hal ini disampaikan Ketua DPD Partai Mahasiswa Indonesia NTT, Yeter Tetty saat mengunjungi lokasi penggusuran pada Minggu (23/10) malam.Dirinya menyampaikan bahwa kondisi masyarakat Besipae saat ini tidur dibawah kolong rumah yang sudah dirobohkan, ada juga yang membuka terpal sebagai tenda darurat untuk berlindung.
"Anak-anak usia sekolah, mulai dari Jumat (21/10) pasca penggusuran, tidak mengikuti sekolah seperti biasanya karena terganggu secara psikologis, pakaian sekolahnya pun basah dan kotor," katanya dengan kesal.
Anak muda asal TTS ini meminta Pemprov NTT bertanggung jawab terhadap tindakan yang tidak manusiawi tersebut. Yeter mengatakan sampai saat ini Pemprov NTT telah menggusur 19 rumah warga yang terdiri dari 12 rumah yang dibangun oleh Pemprov tahun 2020 lalu dan 7 rumah warga yang dibangun dengan usaha sendiri.
"Setelah penggusuran, masyarakat Besipae dilantarkan begitu saja tanpa ada perhatian pemerintah, surat pemberitahuan dari Pemprov pun baru diantar ke rumah warga sehari sebelum penggusuran," ungkap Yeter.
Menurutnya, Pemprov bisa saja melaksanakan program peternakan sapi di wilayah hutan Besipae, tanpa menggeser penduduk setempat, harusnya masyarakat Besipae dilibatkan untuk menyukseskan program tersebut.
"Kalau pakai pendekatan kemanusiaan, pasti tidak ada yang dikorbankan seperti saat ini, program pemprov sukses, masyarakat Besipae pun sejahtera karena tidak ada kepala sapi seharga warga Besipae," pungkas Yeter.
Turut hadir dalam kunjungan itu, Ketua Umum Partai Mahasiswa Indonesia Eko Pratama, Ketua DPD PMI NTT Yeter Tetty, bersama rombongan mengantarkan bantuan sembako secara langsung ke lokasi penggusuran sembari bercerita dengan warga Besipae.