Jakarta, Wartapembaruan.co.id -- Lukisan yang tergolong antik karya Basuki Abdullah tahun 1976 dibeli oleh pendiri Harian Kompas Jakob Oetama, langsung dari pelukisnya.Karya ini diberikan kepada Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan
Lembaga Pendidikan Pers Dokter Soetomo (LPDS).
“Lantas karena tidak terawat, dan tidak ada yang merawat, diserahkan kepada saya,” kata Wina Armada, wartawan senior, penulis buku tentang pers, dan kini juga penasihat hukum Dewan Pers, pada Sabtu, 29 Oktober 2022.
Menurut cerita JO, panggilan akrab Jakob Oetama, waktu itu, lambang Penerbit Buku Kompas, anak kecil duduk di atas kerbau, diilhami dari lukisan ini.
“Saya dulu waktu kecil juga suka ngangon kerbau,” kata Jakob sebagaimana diceritakan beberapa kawan yang mengetahui percakapan itu.
Hanya kemudian untuk penyesuian dengan kemudahan reproduksi sebagai logo atau lambang penerbit Buku Kompas, ada sejumlah modikasi
Kerbau rupanya juga menginspirasi pemimpin perusahaan. Menurut mendiang P. Swantoro yang semasa hidupnya mendampingi JO dalam mengelola perusahaan di lingkungan Kompas Gramedia, kadang-kadang pimpinan perlu ngebo, seperti kerbau. Artinya dalam suatu waktu, tidak memfungsikan kepekaan terhadap apa yang terjadi di luar, berlagak dungu seperti kerbau supaya tidak stres.
“Saya dulu waktu kecil juga suka ngangon kerbau,” kata Jakob sebagaimana diceritakan beberapa kawan yang mengetahui percakapan itu.
Hanya kemudian untuk penyesuian dengan kemudahan reproduksi sebagai logo atau lambang penerbit Buku Kompas, ada sejumlah modikasi
Kerbau rupanya juga menginspirasi pemimpin perusahaan. Menurut mendiang P. Swantoro yang semasa hidupnya mendampingi JO dalam mengelola perusahaan di lingkungan Kompas Gramedia, kadang-kadang pimpinan perlu ngebo, seperti kerbau. Artinya dalam suatu waktu, tidak memfungsikan kepekaan terhadap apa yang terjadi di luar, berlagak dungu seperti kerbau supaya tidak stres.