Jakarta, Wartapembaruan.co.id -- Seorang pasien di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, bernama Hanny Thercia Santoso (63) mengaku sangat terbantu setelah berobat dengan mantan Menteri Kesehatan, Prof Dr dr Terawan Agus Putranto, SpRad(K). Hanny bercerita, waktu umur 22 dia dinyatakan terjangkit Leukimia. Setiap hari dirinya harus mengkonsumsi obat, mulai dari obat penahan sakit hingga obat tidur.
Hal itu, kata dia, sudah berlangsung selama kurang lebih 42 tahun.
"Bulan kemarin, saya coba DSA (Digital Subtraction Angiography). Ternyata setelah sebulan ini saya udah nggak makan antibiotik, saya nggak makan obat penahan sakit, badan saya terasa ringan," ujarnya, saat berbincang dengan wartawan, Jumat (1/7).
"Mata saya yang tadinya burem, yang sudah mau operasi katarak nggak jadi karena saya sudah bisa melihat, sudah nggak ada bayang-bayang lagi," imbuhnya warga Taman Sari, Jakarta Barat itu.
Pasien dokter Terawan itu mengatakan, sangat terbantu dengan metode pengobatan yang dilakukan pensiunan jenderal TNI berpangkat Letjen itu.
"Alangkah sayangnya kalau kita punya dokter sampai tidak diakui, apalagi sampai ditendang ke luar, jadi kita orang Indonesia cari dokter ke luar negeri, padahal dokter kita di sini hebat-hebat. Salah satunya dokter Terawan, saya tertolong sekali dengan kondisi badan saya oleh dokter Terawan," ungkapnya.
Sebagai pasien, Hanny mengaku sangat menyesalkan jika izin praktik dokter Terawan tidak bisa diperpanjang.
"Itu namanya merugikan, bukan kita saja (pasien) tapi merugikan negara. Karena, dokter-dokter kita yang bagus-bagus kebanyakan sudah terusir ke luar. Jadi pemasukannya ke luar, harusnya dokter kita yang baik dan bagus harus kita lindungi dan cover, pemasukan juga bagus, orang-orang berobat ke negeri kita. Perekonomian kita terbantu. Aset bangsa kita tuh dokter Terawan," tuturnya.
Jika izin praktik dokter Terawan tidak bisa diperpanjang, lanjut Hanny, sebagai pasien dirinya akan mengajukan protes.
"Kalau sampai nggak boleh (izin praktik diperpanjang) saya sih bener-benar kesal. Kalau perlu demo saya demo, haknya kita pasien untuk demo. Karena kita terbantu banyak dengan dokter Terawan, dari yang kita sakit harus makan obat terus jadi berkurang. Makanya kalau dokter Terawan nggak bisa praktik, disetop, sedih banget. Kita demo, kita pertahankan dokter kita," tegasnya.
Kepada pemerintah, Hanny berharap agar bisa menimbang mana dokter yang benar-benar tulus menangani pasien.
"Pemerintah supaya bisa menimbang yang mana benar dan salah. Jangan nurutin aja, harus ditimbang dong, mana yang berguna," pungkasnya.