PADANG, WARTAPEMBARUAN.CO.ID - Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi mengungkapkan adanya prinsip dan sikap yang dikembangkan Nahdlatul Ulama sama dengan prinsip dan sikap yang berlaku di Minangkabau. Diantaranya prinsip dan sikap wasathiyah, toleransi dan tawasuth.Demikian diungkapkan Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi pada Musyawarah Kerja Wilayah (Mukerwil) ke-II Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumatera Barat, Kamis (7/7/2022) di hotel UNP Padang. Mukerwil dihadiri Wakil Ketua Umum PBNU Nusron Wahid, Wakil Sekretaris Jenderal Muhammad Faesal, Wakil Bendahara Umum PBNU Azwandi Rahmat, Wakil Rais Syuriah PWNU Sumbar Buya Zainal MS, Ketua PWNU Sumbar Prof. Ganefri, Ph.D., Kepala Kantor Kementerian Agama Sumbar Helmi.
Menurut Mahyeldi, sikap wasathiyah merupakan sikap seimbang dalam kehidupan. Kemudian toleransi menghargai perbedaan di tengah masyarakat. Di Padang misalnya, selama ini sudah terbiasa hidup berdampingan dengan berbeda keyakinan, etnis dan kelompok. Di kawasan Pondok, misalnya, biasanya hidup berdampingan satu agama dengan agama lain, etnis satu dengan yang lain.
“Begitu juga di Padangpanjang, rumah ibadah Islam dengan non-Islam berdampingan tidak ada masalah. Sampai hari ini tidak pernah terjadi konflik. Begitu juga di daerah lainnya di Sumatera Barat. Hal ini menunjukkan betapa toleransi masyarakat di Sumatera Barat yang berfalsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah,” kata Mahyeldi mantan Walikota Padang ini.
Ditambahkan Mahyeldi, kalau orang Sumatera Barat merantau ke daerah lain, selalu bisa menyesuai diri karena berprinsip dimana bumi dipijak, di sana langit dijunjung. Sehingga di rantau tidak membentuk perkampungan sendiri, melainkan berbaur dengan masyarakat di sana. “Hingga hari ini belum ada terdengar kampung padang, kampung Minang, atau kampung Sumatera Barat di daerah perantuan orang Sumatera Barat,” kata Mahyeldi.
Wakil Ketua Umum PBNU Nusron Wahid menyebutkan, Sumatera Barat pada abad 15-16 sudah lahir ulama terkenal Syekh Burhanuddin di Ulakan. Dari beliau dilanjutkan oleh ulama-ulama berikut. Adanya Syekh Khatib Al-Minangkabau, guru dari pendiri ormas Islam terbesar di Indonesia saat ini. Hal itu menunjukkan Minangkabau sudah banyak melahirkan ulama.
“Orang Minang mulai banyak yang abai dengan pendidikan agama anak. Sehingga tidak banyak lagi ulama yang alim. Pendidikan agama anak yang baik itu ada di pesantren. Karena itu, jika memiliki anak lebih dari satu, minimal satu orang masuk pesantren,” ajak Nusron Wahid. Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor ini.
Ketua Panitia Mukerwil Yulhendri mengatakan Mukerwil diikuti Ketua dan Sekretaris PCNU se-Sumatera Barat, Ketua Lembaga di lingkungan PWNU Sumbar, Ketua Badan Otonom. Agenda utama adalah sosialisasi peraturan perkumpulan (Perkum) Nahdlatul Ulama yang sudah diputuskan pada Konferensi Besar NU beberapa waktu lalu. (Zaki)