Batubara, Wartapembaruan.co.id -Perayaaan Hari ulang tahun (HUT) PT Inalum yang berlangsung di Ball Room gedung baru PT Inalum Kuala Tanjung, pada Rabu (06/01/2022) menuai kritik, karena perayaan HUT ke-46 ini dinilai tidak bersinergi terhadap daerah, hal itu terlihat adanya budaya Melayu sebagai Kearifan Lokal kabupaten Batubara terkesan diabaikan.
Atas kejadian itu, Majelis adat dan budaya Melayu Indonesia (MABMI) kecamatan Sei suka bereaksi, menurutnya setalah puluhan tahun berada dikabupaten Batubara, perusahaan plat merah satu ini belum mampu menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan kebudayaan lokal.
"Terlihat yang dikedepankan adalah budaya barat, seperti dance, dan kita tidak permasalahkan artis manapun di undang, namun budaya Melayu sebagai icon daerah ini jangan sampai ditinggalkan, jujur kami kecewa dengan manajemen PT Inalum yang tak mencerminkan kecintaannya terhadap kabupaten kami ini," kata Matsyah, ketua MABMI Sei Suka, Minggu (09/01/2022).
Mastyah, sebagai tokoh Melayu yang juga kepala desa Kuala indah menyebutkan, seharusnya Inalum beroperasi di Batubara, sudah sepantasnya bersinergi terhadap daerah, hal itu bukan hanya berbentuk kontribusi terhadap CSR. "Tapi juga bersinergi, dan mengedepankan nilai budaya Melayu, dalam HUT ke 46 ini,"tambahnya
Kekecewaan ketua MABMI Sei Suka ini, membuatnya keluarkan sikap, agar kementerian BUMN menegur manajemen PT Inalum ini.
"Karena perayaan HUT ini, mesti perintah manajemen, Seharusnya mereka lakukan koordinasi dulu terhadap tokoh adat, tokoh masyarakat sebelum perayaan HUT didaerah ini," katanya
"Bukan malah, buat HUT secara serampangan, terkesan marwah daerah ini diabaikan, budaya Melayu tak lagi dihargai oleh BUMN ini,"cetus Mastyah
Pencak silat, tarian Melayu, tak ada terlihat saat perayaan HUT PT Inalum, padahal hal itu lanjut Mastyah, sudah menjadi kebiasaan daerah dalam menyambut tamu.
"Jujur kami, sebagai MABMI, merasa kearifan lokal didaerah ini diabaikan,"pungkasnya
Untuk itu Mastyah mengingatkan, agar kementerian BUMN segera evaluasi manajemen PT Inalum. "Karena jika tidak, mau jadi apa daerah kami (Batubara ini), budaya tak lagi dihargai,"tandasnya.**Syafi'i