Solo, Wartapembaruan.co.id -- Banyaknya populasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia belum berbanding lurus dengan besarnya kontribusi terhadap perekonomian. Pasalnya, pelaku UMKM terus menghadapi tantangan yang relatif kompleks.
Sejumlah kendala yang kerap dihadapi pelaku UMKM terutama bagi mereka yang hendak menembus pasar ekspor, misalnya kurang pengetahuan dan keterampilan digital, minim modal, serta pemasaran dan branding yang tidak optimal.
Oleh karena itu, imbuh Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag Kasan Muhri, UMKM membutuhkan pendampingan intensif dan menyeluruh. Edukasi, pelatihan, serta pendampingan dibutuhkan khususnya untuk meningkatkan kapasitas pelaku usaha sehingga lebih berdaya saing di lokapasar atau e-commerce.
“Produk UMKM sangat beragam tetapi memerlukan pendampingan. Bagus yang dilakukan e-commerce seperti Shopee, mendampingi dan memfasilitasi. Tidak sekadar menceburkan UMKM agar bersaing langsung di lokapasar,” ucap Kasan.
Apa yang dikemukakannya itu merupakan bagian dari paparan dalam salah satu sesi Regional Summit 2021 yang digagas Katadata pada 30 November 2021. Selain delegasi Kemendag, sesi bertajuk Go Global Melalui E-commerce turut dihadiri Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming, Direktur Shopee Indonesia Handhika Wiguna Jahja, serta Pendiri Nona Andani Agni Putri sebagai perwakilan pelaku UMKM.
Kasan mengutarakan lebih jauh bahwa salah satu aspek utama yang perlu ada di dalam proses pendampingan adalah edukasi. “Unsur di dalam pendampingan itu banyak, dimulai dari peningkatan knowledge pelaku usaha sendiri. Hal ini perlu kerja sama dengan pemerintah daerah,” ucapnya.
Perihal yang krusial adalah aspek pembiayaan usaha. Pemerintah bersama swasta sebetulnya sudah memiliki sejumlah program pendanaan, misalnya difasilitasi lembaga pembiayaan ekspor maupun oleh perbankan pelat merah.
Hal tak kalah penting lain agar UMKM berdaya saing secara internasional adalah sertifikasi. Dalam hal ini, khususnya sertifikasi yang diminta oleh negara tujuan ekspor, seperti sertifikasi terkait higienis dan kehalalan produk. “Semua ini perlu difasilitasi agar UMKM bisa memenuhi persyaratan yang diminta pembeli,” imbuh Kasan.
Sementara itu, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming berpendapat bahwa produk UKM dalam negeri sebetulnya berpeluang untuk bisa bersaing di pasar global. Sebab, Indonesia memiliki beragam produk yang unik dan berkualitas.
“Tapi untuk bisa ekspor, UMKM kita harus naik kelas dulu dari segi kualitas, pemasaran dan branding, pengemasan, dan lainnya,” ujar dia.
Gibran memberi contoh kecil, yakni kendala pengemasan sebagian produk yang belum memadai. Kemasan memainkan peran strategis dalam pemasaran produk karena dapat berpengaruh terhadap branding serta harga jual. Menurutnya, pelatihan atau pendampingan terkait hal semacam ini memerlukan kolaborasi pemerintah dengan pihak swasta, misalnya platform lokapasar Shopee.
“UMKM kita jangan takut memasang harga tinggi kalau memang produknya berkualitas bagus. Semua ini permasalahan klasik. Maka dengan keterlibatan (swasta) seperti adanya Kampus Shopee di Surakarta, itu sangat membantu,” tutur Gibran.
Demi mengatasi beragam tantangan klasik yang ada, pemda dalam hal ini Pemkot Surakarta mendukung penuh UMKM go digital melalui platform e-commerce seperti Shopee. Bagi Gibran, transformasi digital justru memberikan kemudahan, baik bagi penjual maupun konsumen.
Merespon hal tersebut, Direktur Shopee Indonesia Handhika Wiguna Jahja menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen mendukung pengembangan UMKM di Tanah Air. Oleh karena itu, Shopee menginisiasi program edukasi informal bagi pelaku UMKM agar memiliki keterampilan digital lebih baik.
“Kami melihat UMKM sangat potensial, Shopee dukung agar bisa membawa UMKM bersaing di pasar dunia. Kami menyediakan pelatihan dari hulu ke hilir di Kampus UMKM Shopee,” ujar Handhika.
Jenama fesyen Nona yang digawangi Andani Agni Putri menjadi contoh pelaku UMKM yang sukses merambah pasar dalam dan luar negeri selama pandemi Covid-19 berbekal keterampilan digital. Andani membekali diri dan tim Nona dengan beragam pengetahuan, khususnya branding dan penjualan digital.
“Visualisasi yang baik membantu kesuksesan Nona selama pandemi. Cara mengkomunikasikan produk fesyen kami terutama mengandalkan medium visual yang dapat memperkuat branding,” kata Andani.