Jakarta, Wartapembaruan.co.id --Menteri BUMN Erik Thohir belakangan gencar menggoreng perusahaan pelat merah dibawah kementriannya seolah-olah semua perusahaan itu miliknya padahal dia juga yang melontarkan ungkapan BUMN “Bukan Usaha Milik Nenek-Lu” melainkan usaha untuk kesejahteraan rakyat.
Sejak Presiden Jokowi (oktober-2019) menunjuknya sebagai komandan perusahaan pelat merah itu tebar pesona dilakukannya, hari-hari di seluruh media baik daring maupun televisi nasional bahkan internasional dipertontonkan pencitraannya seolah pahlawan yang akan dan sanggup memberangus “sarang penyamun” ultimatum-ultimatum kerasnya bagaikan petir di siang hari "ancaman" bagi komisaris dan direksi seluruh perusahaan pelat merah, dengan gayanya yang santun “membius rakyat” namun dibalik itu seolah menunjukkan kekuatan bahkan arogansinya bagi BUMN dalam genggamannya.
Beranjak beberapa bulan Erik duduk sebagai Menteri BUMN kegaduhan-kegaduhan diberbagai kelompok elit politik bermunculan bahkan yang cukup berani saat itu adalah elit PDIP “AN” sempat berang dan meminta Jokowi untuk memberhentikan Erik Thohir sebagai Mentri BUMN satu dan lain hal karena “diduga ada sesuatu”.
Ketua Umum LSM LIM “Rofiq” menuturkan menjelang dua tahun “berkuasa” Menteri BUMN semakin menampakkan cengkeramannya terbukti sudah puluhan BUMN dibombardir, dirombak pengurusnya (Komisaris dan direksi), bahkan tidak sedikit perusahaan yang disuntik mati dan dibubarkan.
Tarik ulur kekuatan sang komandan perusahaan pelat merah dengan berbagai unsur kepentingan masih terasa aromanya walau terlihat lebih smooth karuan saja kondisi seperti ini sangat menguntungkan sang komandan BUMN sehingga dengan leluasa terus menggoreng semua perusahaan pelat merah terutama perusahaan-perusahaan sakit sampai yang sekarat, apakah ini pencitraan atau kerja tulus? Hanya waktu yang membuktikan.
Paling anyar Erik Thohir gemgar-gembor tentang korupsi dan ada oknum “rampok” di beberapa BUMN dan ini adalah kasus lama, disisi lain beberapa BUMN diberikan PMN yang sangat besar sekali “puluhan bahkan ratusan trilyun”, pertanyaannya apakah perusahaan yang di infus PMN tersebut sudah sehat ataukah justru kerugiannya karna “perampokan” oleh oknum sebagaimana diatas? Ini juga waktu yang membuktikan, kiranya Presiden Jokowi mengevaluasi kinerja mentrinya khususnya yg menahkodai perusahaan pelat merah ini demikian tutup rofiq.