Keterangan gambar : Okto Firdaus Fajri Rianto, Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III Bandar Udara Mozes Kilangin/Foto: Jimmy/Media Center Kominfo PON Papua Klaster Mimika. |
Timika, Wartapembaruan.co.id -- Curah hujan di Timika setiap bulannya
termasuk tinggi, mencapai 300-an milimeter. Puncak curah hujan tertinggi terjadi pada
rentang Juni-Juli.
Perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2021 di Papua tidak hanya memberi tantangan bagi para atlet untuk sekadar mengejar prestasi semata. Terdapat pula tantangan alam yang harus dihadapi, khususnya di Kabupaten Mimika, salah satu klaster penyelenggara PON Papua selain Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, dan Kabupaten
Merauke.
Cuaca di Timika dikenal sangat unik dan masuk kategori monson di mana ketika di daerah lain terjadi kemarau, maka di Timika akan selalu terjadi hujan.
Curah hujan di Timika setiap bulannya termasuk tinggi, mencapai 300-an milimeter. Puncak curah hujan tertinggi terjadi pada rentang Juni-Juli dan trennya mulai menurun pada September hingga Desember.
"Beruntung pelaksanaan PON Papua ini dilakukan di September-Oktober.
Seperti diketahui bersama, kendati cuaca cerah, bisa tiba-tiba hujan pada sore harinya, meski tidak setinggi Juni-Juli, sehingga Panitia Besar (PB) PON bisa mengatur jadwal," kata Okto Firdaus Fajri Rianto, Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III Bandar Udara Mozes Kilangin.
Hal ini sampaikan dalam jumpa pers di Media Center Kominfo PON Papua Klaster Mimika, Hotel Grand Mozza, Kota Timika, Rabu (6/10/2021).
Dalam kesempatan ini, ia menuturkan dengan memakai peralatan radar yang cukup mumpuni pihaknya dapat mengetahui pergerakan awan dan hujan akan bergerak ke mana.
Hasil ini kemudian akan disampaikan kepada panitia pelaksana PON Papua klaster Mimika.
Khususnya yang sangat memerlukan data cuaca terutama kecepatan angin pada cabang aerosport disiplin lomba terjun payung, terbang layang, dan aeromodelling.
"Kami menempatkan empat petugas besiaga di venue cabang aerosport.
Mereka akan memberi pengarahan kepada tim yang akan berlomba mengenai kondisi cuaca serta pergerakan angin. Seperti yang terjadi pada disiplin terbang layang di mana cuaca sempat hujan sebentar kemudian berhenti dan seperti itu sepanjang hari. Namun lomba bisa diselesaikan," ujar Okto.
Cabang aerosport menggelar tiga disiplin lomba di Timika, yakni terjun payung, terbang layang, dan aeromodelling. Beberapa waktu lalu, Technical Delegate Terjun Payung, Achmad Effendi Soen mengatakan, lomba akan sangat bergantung kepada kondisi cuaca.
"Kami selalu menerima informasi dari pihak Badan Meteolorologi dan Klimatologi mengenai cuaca. Jika cuaca buruk, maka lomba akan dibatalkan. Keselamatan para atlet
adalah yang paling utama," kata Effendi.
Sementara itu, Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jayapura,
mengatakan cuaca panas terik di Papua saat ini merupakan kondisi yang wajar karena provinsi paling timur Indonesia ini masih dilanda musim kemarau. Cuaca terik ini akan terjadi di klaster penyelenggaraan PON, terutama di Kota dan Kabupaten Jayapura.
Selain itu, cuaca panas terik juga disebabkan posisi semu matahari saat ini tepat berada di ekuator dan bergerak menuju selatan Papua. Artinya, belahan bumi bagian selatan akan lebih banyak menerima sinar matahari. Faktor lainnya adalah adanya aliran massa udara dingin dan kering yang bergerak dari Australia menuju wilayah Indonesia sebelah selatan khatulistiwa.
Terutama di sekitar Jawa, Sumatera, Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga Merauke.
Kondisi ini ditandai dengan adanya kelembaban udara kurang dari 60 persen pada ketinggian 3.000 meter hingga 5.000 meter dari permukaan bumi.