Kabupaten Subang, Wartapembaruan.co.id - Puluhan para petani penggarap lahan gambut, berlokasi dikampung Sumur Jaya, Desa Sidajaya, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Lokasi lahan gambut yang telah digarap oleh para petani dari tahun 2020 merupakan mata pencaharian demi mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Tapi, harapan itu kandas, karena lahan garapan dihancurkan dimana sebelumnya ada kesepakatan Sewa-Menyewa lahan senilai Rp.3.000.000 (Tiga Juta Rupiah) /Hektar / Tahun (Kwitansi terlampir)
Saat ditemui awak Media, Rasmin salah satu petani penggarap lahan gambut, mengatakan saya hanya rakyat kecil untuk menghidupi keluarga cuma bertani diatas lahan gambut, secara sewa pakai pertahun. Semangat hidup untuk kebutuhan ekonomi hanya mengandalkan bertani, tapi semua itu kandas. Karena lahan garapan yang disawahinnya, telah dibajak pihak lain. Saya biar fisik tidak sempurna, tapi kewajiban tetap dijalanin, dengan kaki terseok - seok menggunakan dua tongkat tetap berangkat kesawah dari pagi hingga sore, itu semua demi keluarga, istri dan anak.
"Sekarang ini, saya tidak bisa bertani lagi karena lahan sawah sudah dibajak orang lain tanpa ada lagi musyawarah, dimana keadilan, saya orang miskin yang hanya bisa bertani untuk bertahan hidup. Bapak Presiden, tolong kami rakyat kecilmu," ujar Rasmin kepada awak Media, Selasa (10/08/2021).
Terkait Viralnya pemberitaan, Rasmin Petani Subang Teriak," Bapak Presiden, Tolong Kami Rakyat Kecilmu" tersebut Noven Saputera Ketua Deputy Organisasi Forum Pers Independent Indonesia angkat bicara, Rabu (11/8/21)
Mari kita perhatikan dimana Petani di Indonesia masih terbilang hidup sengsara, padahal di Indonesia terutama di daerah-daerah mayoritas warganya bekerja sebagai petani.
Petani memiliki peran yang sangat besar sebagai penentu bangsa,tapi sayangnya Petani dalam kedudukan sosialnya pun sering tidak mendapat porsi istimewa, dipandang rendah.
Kebutuhan primer manusia adalah pangan, sandang dan papan. Manusia tanpa sandang (pakaian) dan tanpa papan (rumah) bisa hidup, asalkan tersedia pangan (makanan). Namun, tanpa pangan, manusia tidak bisa hidup, meskipun sandang dan papan terpenuhi. Petani menjadi pahlawan pangan, namun kehidupan mereka masih jauh dari kata "sejahtera".
Petani itu bekerja keras membanting tulang siang dan malam. Beras yang kita konsumsi tanpa mau peduli bagaimana jerih payah para petani berjuang untuk kita.
Derita Seorang petani Subang yang bernama Rasmin tergolong Petani Indonesia tanpa memiliki lahan
Mana bisa bertani tanpa lahan? Itulah kenyataannya. Sebagian besar petani Indonesia tidak memiliki lahan pertanian sendiri atau dengan kata lain mereka hanyalah buruh tani.
"Kami meminta Bapak Presiden Joko Widodo bisa mendengar rintihan Sosok seorang Pahlawan yang hampir kian dilupakan yaitu Petani agar mendapatkan suatu solusi yang terbaik bagi Rakyat Kecilmu dan bisa berperan membantu pemerintah untuk menjaga Ketahanan Pangan sehingga bisa meningkatkan ekonomi masyarakat di Negara Republik Indonesia dan usut tuntas oknum-oknum yang menyalahkan suatu kebijakan atau Hak yang telah diberikan" tegas Ketua Deputi Organisasi FPII.
Sumber : Presidium FPII
Home
BERITA UTAMA
Nasional
Ketua Deputy Organisasi FPII : Bapak Presiden Jokowi Dengarkan Rintihan Petani Subang yang Meminta Pertolongan
Trending Now
-
Jakarta, Wartapembaruan.co.id ~ Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) didesak untuk membuka penyelidikan terhadap 20 proyek besar di PT PLN (P...
-
Jambi, Wartapembaruan.co.id - Seperti halnya pribahasa "Sedia Payung Sebelum Hujan" mengajarkan kita untuk selalu mempersiapkan se...
-
Pagar Alam, Wartapembaruan.co.id ~ KOMJEN POL (Purn) Susno Duadji, S.H, M.Sc hadiri pengajian di rumah bengkel di Tanjung cermin Pagar Alam...
-
Jakarta, Wartapembaruan.co.id - Kuasa hukum Theresia Handayani, Anrico Pasaribu, ST., SH., dan Danyel Simamora, SH., dari kantor hukum Anri...
-
Bungo, Wartapembaruan.co.id - Kodim 0416/Bute Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 Hijriah, secara sederhana bersama Ustadz Saridam, S. ...