“Melalui bedah buku yang digelar hari ini, kita dapat mengetahui, bahwa Banyuwangi telah melakukan transformasi, dari sebuah daerah yang dikenal memiliki banyak misteri menjadi daerah yang giat berinovasi. Dari daerah yang dikenal sebagai “Kota Santet” menjadi “Kota Internet,” ujar Fatoni saat memberi sambutan di forum virtual bedah buku karya Anas, Rabu (3/2/2021).
Selain itu, melalui berbagai macam inovasi yang dilakukan, Banyuwangi berhasil meraih 300 penghargaan di tingkat regional, nasional, maupun internasional sejak akhir 2010 sampai dengan 2020. Berbagai capaian inovasi itu juga telah mengantarkan Kabupaten Banyuwangi, menjadi salah satu kabupaten terinovatif dalam pengukuran indeks inovasi daerah yang dilakukan Kemendagri. Sebab hasil penilaian itu, selama 3 tahun berturut-turut dari tahun 2018 hingga tahun 2020, Kabupaten Banyuwangi berhasil meraih penghargaan Innovative Government Award (IGA).
Fatoni menyebutkan, secara singkat muatan ketiga buku yang dibedah. Misalnya, buku berjudul “Inovasi Banyuwangi Jalan Terpendek Mencapai Tujuan”. Buku ini membagikan pelajaran dan pengalaman terkait prinsip dan strategi inovasi yang dilakukan Kabupaten Banyuwangi dalam melakukan lompatan perubahan.
Selain itu, ada pula buku berjudul “Anti Mainstream Marketing”, yang berisi strategi Banyuwangi dalam membangun sektor pariwisata sebagai ujung tombak pertumbuhan daerah tersebut. “Kita juga dapat membaca konsepsi dan langkah kreatif kepemimpinn Bupati dan Wakil Bupati Banyuwangi dalam meningkatkan kreativitas secara kolaboratif melalui buku “Creative Collaboration,” ujar Fatoni.
Fatoni berharap, kegiatan bedah buku ini dapat memberi inspirasi banyak pihak, khususnya pemimpin daerah dalam melakukan inovasi di daerahnya masing-masing. “Saya berharap, ini menjadi pelajaran berharga, serta refleksi bagi para pemimpin daerah dan masyarakat luas, untuk mengejawantahkan inovasi daerah di berbagai sektor secara lebih nyata, lebih berorientasi pada outcome, dan lebih dimanis sesuai tuntutan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,” katanya.
Tak hanya buku Anas yang dibedah, buku yang ditulis oleh Prof. DR. Rhenald Kasali, Ph.D juga turut dibahas. Buku tersebut berjudul “Road to Prosperity: Mobilisasi dan Orkestrasi ala Banyuwangi”. Seperti judulnya, buku ini juga mengisahkan upaya yang dilakukan pemerintah setempat dalam membangun Banyuwangi.
Ketiga buku karya Anas itu sendiri dibedah oleh Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Prof. Dr. Rhenald Kasali, Ph.D; Direktur Politeknik STIA LAN Jakarta, Dr. Nurliah Nurdin, MA; Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN, Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, SH, MA; dan Konsultan Pemasaran Yuswohady. (Dinas Kominfotik Lampung)